Petani sedang memanen cabai. (BP/Dokumen)

NEGARA, BALIPOST.com – Belakangan ini petani cabe di Jembrana merasa terpuruk akibat cuaca buruk. Akibat cuaca buruk, tanaman cabe rawan penyakit dan petani gagal panen. Kondisi ini berbeda dengan kondisi di pasaran dimana harga cabe meningkat. Di musim  tanam palawija kali ini,  sebagian  besar  tanaman cabe mengalami  serangan  penyakit.

Seperti  menimpa  petani  di subak Yeh Kuning, Desa Mendoyo Dangintukad, Kecamatan Mendoyo, Jembrana. Hektaran sawah yang ditanami cabe mengalami  gagal  panen lantaran   tanaman cabe yang  sudah  siap  panen, diserang cacar daun  dan  busuk buah . Salah seorang  petani  Ketut Ratdana  (44)  Selasa (12/6) mengaku  sudah  kelima kalinya,  dia gagal  panen.

Baca juga:  Cuara Buruk dan Abu Vulkanik, Petani Cabai Terpaksa Panen Lebih Awal

Dikatakan setahun lalu sawahnya seluas   50 are yang dia dapat sewa ,  diisi tanaman  cabe. Namun selalu gagal. Waktu  pertama  seluruh  tanaman cabe terkena banjir, hingga semuanya mati. Demikian pula saat tanam kedua juga gagal lantaran kendala  curah hujan.

Kembali dilahan yang  sama dia tanami   cabe  namun lagi-lagi gagal karena cuaca dan yang keempat juga  gagal karena bibit  mati.

Menurutnya ini sudah kelima kalinya  dia  gagal. Kali ini karena penyakit  cacar daun  dan  buah. Sejatinya  tanaman  cabe, sudah mulai  berbuah diumur 75 hari, ini sudah lebih   sepekan.  Sebagian pohon diserang  cacar daun  dan buah. Upaya  pemberantasan  dilakukan bersama  dua  buruh  pemeliharaan  juga  sia- sia.

Baca juga:  Nelayan Paceklik, Harga Ikan Pindang Naik 

Semestinya  sudah  panen  besar namun  karena hampir sebagian besar  pohon cabe  yag ditanam  daunnya   diserang  cacar, termasuk  buah  muda diserang busuk buah, hanya sebagian pohon  yang bisa  ambil buahnya.

Ratdana mengaku  setiap  tanam dia mengeluarkan  biaya, mulai  dari pembibitan, pupuk  dan  pemeliharaan. Rata  rata  habis Rp 40 juta.

Sekarang katanya dia sampai tidak bisa  mengajak  buruh, karena  waktu  gagal   pertama dan keempat  sempat  mengajak  tenaga tambahan  namun sekarang kembali gagal  total. Padahal  harga cebe dipasaran  sudah mulai  meningkat Rp 20 ribu /kg.

Baca juga:  Jalan Utama Kerobokan Ditutup Saat Melasti, Ini Jalur Alternatifnya

Diakui  Ratdana,  sejak  kegagalan    pertama  hingga sekarang,  disayangkan tidak adanya  satupun petugas  Pertanian  turun ke lapangan. “Sejatinya kami mau  meminta  solusi  menghadapi  situasi  seperti ini, namun  sampai  saat  ini,  tidak pernah  ada  petugas  datang,” katanya.

Apalagi  sawahnya  terletak di pinggir jalan. Dia  berharap  adanya  bantuan  bibit maupun prasarana  yang dapat membantu petani  khsususnya  ketika  gagal  panen. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *