Tim BKSDA Bali Diturunkan Untuk Melakukan Penelusuran Keberadaan Ular. (BP/Yud)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Pasca penemuan puluhan ular piton di kawasan Danau Buyan di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali, langsung menurunkan tim sejak Minggu (6/7). Keberadaan Tim BKSDA ini untuk melakukan penelusuran dan pengecekan terkait penemuan itu.

Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Bali, Sumarsono, SE, MM dihubungi pada Senin (7/7), mengatakan bahwa sejauh ini pihaknya masih kesulitan menemukan bukti fisik keberadaan piton-piton tersebut.

Menurut laporan awal, sejumlah nelayan menyebut sempat menemukan ular di Danau Buyan dan Pura Ulun Danu Buyan. Hanya saja, bukti keberadaan ular itu tidak ditemukan. Bahkan disebut, ular – ular yang sudah dalam kondisi mati pun tidak ditemukan.

Baca juga:  PDIP dan Arya Wedakarna Tak Terkejar

“Kami sudah melakukan pemantauan, tapi belum menemukan bukti. Katanya jumlahnya sekitar 20-an ekor, tapi saat kami minta yang sudah ditangkap atau bangkainya, tidak ada juga,” ungkapnya.

Sumarsono menambahkan, secara ekosistem kawasan tersebut memang mendukung kehidupan satwa liar, termasuk ular piton. Ia juga memastikan di kawasan itu memang merupakan habitat ular piton utamanya di kawasan Telaga Aya, perbatasan antara Danau Buyan dan Danau Tamblingan.

Baca juga:  Amankan Kunjungan Presiden ke Jembrana, Ribuan Personel Disiagakan

“Penelusuran ini dilakukan selama dua hari sejak Minggu (7/7) kemarin. Kita duga ular-ular ini datang dari atas, tepatnya di perbatasan danau,” imbuhnya.

Selain itu, Sumarsono juga menjelaskan bahwa fenomena kemunculan ular dalam jumlah banyak ini diduga dipicu oleh curah hujan tinggi yang terjadi selama beberapa hari terakhir di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Danau Buyan-Tamblingan.

Perubahan kondisi lingkungan akibat hujan deras kemungkinan besar memaksa ular keluar dari habitat aslinya untuk mencari tempat yang lebih kering atau mangsa yang berpindah lokasi. “Curah hujan tinggi bisa jadi pemicunya. Sehingga ular berpindah lokasi mencari mangsa,” paparnya.

Baca juga:  BWS Bali Penida Kesulitan Normalisasi Danau Buyan

Sumarsono menegaskan bahwa keselamatan masyarakat tetap menjadi prioritas utama. Apalagi kawasan Danau Buyan dan Danau Tamblingan, khususnya wilayah Dasong di Desa Pancasari, merupakan destinasi wisata alam dan tempat favorit untuk aktivitas berkemah. “Keselamatan warga dan wisatawan adalah perhatian kami. Karena itu kami terus melakukan penyisiran hingga benar-benar aman,” tandasnya. (Nyoman Yudha/Balipost)

BAGIKAN