Penyeberangan di Gilimanuk salah satu dermaga yang melayani ke Ketapang. Pada periode libur Natal ini selain kesiapsiagaan pengaturan arus lalin juga mewaspadai cuaca buruk. (BP/Olo)

NEGARA, BALIPOST.com – Menjelang libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru), Pelabuhan Gilimanuk meningkatkan kesiapsiagaan untuk mengantisipasi lonjakan arus penyeberangan sekaligus potensi cuaca buruk di lintasan Gilimanuk–Ketapang. Syahbandar Pelabuhan Gilimanuk bersama PT ASDP Indonesia Ferry menyiapkan langkah antisipatif guna memastikan layanan penyeberangan Selat Bali tetap aman dan lancar.

Kepala Syahbandar Pelabuhan Gilimanuk, M. Mustajib, mengatakan total 55 kapal telah disiagakan untuk mendukung angkutan Nataru. Dari jumlah tersebut, operasional harian saat ini menggunakan 27 kapal dan dapat ditambah sesuai kebutuhan di lapangan.

“Jumlah kapal yang beroperasi akan disesuaikan dengan kondisi arus penyeberangan. Jika terjadi peningkatan, kapal siap kami tambah agar tidak terjadi penumpukan penumpang maupun kendaraan,” ujarnya, Kamis (18/12) sore.

Baca juga:  Dari Tambahan Pasien COVID-19 Sembuh Lebih dari Dua Kali Lipat Kasus Baru hingga Beraksi di Kampung Turis Pelaku Penjambretan Diburu

Hingga pertengahan Desember, arus penumpang dan kendaraan masih terpantau normal. Namun, lonjakan diperkirakan terjadi seiring libur sekolah yang bertepatan dengan perayaan Natal dan Tahun Baru. Karena itu, skema penguatan armada telah disiapkan sejak dini.

Senada dengan itu, Manajer ASDP Gilimanuk, Didi Juliansyah, mengatakan pada kondisi normal, ASDP mengoperasikan 28 kapal. Jumlah tersebut akan ditingkatkan menjadi 30 kapal saat arus mulai padat dan dimaksimalkan hingga 32 kapal pada kondisi sangat padat.

“Pengoperasian kapal akan kami sesuaikan dengan tingkat kepadatan di lapangan,” ujarnya Kamis (18/12).

Berdasarkan prediksi ASDP, terjadi potensi kenaikan jumlah penumpang sekitar 7 persen dan kendaraan sekitar 10 persen dibandingkan periode Nataru tahun lalu. Pergerakan penumpang diperkirakan lebih banyak dari arah Ketapang menuju Gilimanuk, sementara kendaraan roda dua diprediksi didominasi dari arah Bali menuju Jawa.

Baca juga:  Hadapi Nataru, Masyarakat Diminta Tak Boleh Lengah

Selain kesiapan armada, aspek keselamatan pelayaran menjadi perhatian utama. Syahbandar Pelabuhan Gilimanuk terus berkoordinasi dengan BMKG dan para nahkoda kapal untuk memantau perkembangan cuaca di Selat Bali. Jika terjadi cuaca ekstrem yang berpotensi membahayakan pelayaran, penundaan pelayaran hingga penutupan sementara pelabuhan akan dilakukan sampai kondisi dinyatakan aman.

Pengawasan kelaiklautan kapal juga dilakukan secara rutin, meliputi kesiapan teknis kapal, kru, serta kelengkapan alat keselamatan penumpang. Dalam pelaksanaan angkutan Nataru, koordinasi lintas instansi terus diperkuat dengan melibatkan Basarnas, Brimob Den C Gilimanuk, Polair Polres Jembrana, hingga petugas kesehatan.

Di sisi lain, ASDP turut menerapkan kebijakan pembatasan kendaraan angkutan barang sesuai Surat Keputusan Bersama (SKB) Kementerian Perhubungan dan Kepolisian. Dalam kebijakan tersebut, prioritas penyeberangan diberikan kepada kendaraan roda dua, kendaraan pribadi roda empat, serta angkutan penumpang.

Baca juga:  Puluhan Advokat Minta Pelaku Penutupan Kantor LABHI Ditahan

“Kendaraan angkutan barang non-esensial sementara tidak diprioritaskan. Namun untuk angkutan sembako dan bantuan bencana tetap kami layani,” tegas Didi.

Untuk mendukung kebijakan tersebut, ASDP bersama kepolisian menyiapkan sejumlah buffer zone atau zona penyangga, antara lain di Terminal Mengwi dan terminal kargo, guna menahan laju kendaraan logistik selama masa pembatasan berlangsung.

Langkah kesiapsiagaan ini diharapkan mampu menjaga kelancaran arus penyeberangan Gilimanuk–Ketapang sekaligus memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat yang melakukan perjalanan selama libur Nataru, di tengah potensi cuaca kurang bersahabat di perairan Selat Bali. (surya dharma/balipost)

BAGIKAN