
SINGARAJA, BALIPOST.com – Mengantisipasi potensi cuaca ekstrem menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2026, Pemerintah Kabupaten Buleleng melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mendirikan Posko Kesiapsiagaan Bencana Terpadu. Posko tersebut berlokasi di kawasan Monumen Tri Yuda Sakti dan difungsikan sebagai pusat komando serta koordinasi lintas sektor dalam penanganan kebencanaan.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Buleleng, Gede Suyasa, dikonfirmasi Selasa (16/12), menegaskan bahwa pendirian posko bukan sekadar simbol kesiapsiagaan. Menurutnya, Posko Terpadu merupakan langkah strategis untuk menyatukan langkah seluruh unsur terkait agar penanganan bencana dapat dilakukan secara cepat, terpadu, dan terarah.
“Posko ini kami dirikan agar ketika terjadi situasi darurat, seluruh pihak memiliki kesamaan visi dan pola penanganan. Inilah pusat koordinasi agar respons di lapangan tidak terputus-putus,” tegasnya.
Keberadaan Posko Kesiapsiagaan Terpadu dinilai krusial karena melibatkan 13 institusi lintas sektor, mulai dari perangkat daerah, TNI, Polri, PMI, ORARI, hingga unsur pendukung lainnya. Dengan sistem komando terpadu, koordinasi antarinstansi diharapkan dapat dilakukan lebih cepat tanpa harus melalui prosedur yang berbelit.
Tak hanya di tingkat kabupaten, BPBD Buleleng juga mendorong pembentukan satuan tugas kebencanaan di tingkat kecamatan. Setiap kecamatan diharapkan menyiagakan posko di kantor camat masing-masing sebagai perpanjangan tangan Posko Terpadu, khususnya untuk merespons kejadian mendesak di wilayah.
“Selama Januari hingga November saja, tercatat sekitar 400 kejadian kebencanaan seperti pohon tumbang dan tanah longsor. Penanganan selama ini sudah berjalan baik, namun ke depan kita ingin lebih terencana, bukan sekadar reaktif saat musim hujan,” jelas Gede Suyasa.
Ia menambahkan, penguatan koordinasi sejak dini memungkinkan upaya mitigasi dilakukan lebih awal. Di antaranya melalui pemangkasan pohon rawan tumbang serta penanganan titik-titik rawan longsor yang dapat dijadwalkan secara berkala bersama instansi teknis seperti DLH, Dinas Perhubungan, Damkar, hingga PUPR.
Dalam kesempatan tersebut, Gede Suyasa juga menekankan pentingnya peran relawan dan masyarakat. Ia menyebut, kerja-kerja BPBD tidak akan optimal tanpa dukungan relawan Desa Tangguh Bencana serta partisipasi aktif warga di lapangan.“Relawan adalah kekuatan utama kami. Sinergi masyarakat sangat menentukan cepat tidaknya penanganan di lapangan,” ujarnya.
Terkait kondisi cuaca, BMKG memprediksi Kabupaten Buleleng masih berada dalam pengaruh siklon 91S dan 93S, dengan puncak musim hujan diperkirakan berlangsung hingga Januari 2026. Masyarakat pun diimbau tetap waspada tanpa panik, serta segera melaporkan jika terjadi kejadian darurat di lingkungan sekitar. (Nyoman Yudha/balipost)










