
MANGUPURA, BALIPOST.com – Fenomena cuaca ekstrem yang melanda wilayah Bali akhir-akhir ini kembali memunculkan persoalan klasik di kawasan pesisir Kabupaten Badung, yakni sampah kiriman.
Sampah-sampah ini terbawa arus laut dan akhirnya menumpuk di sejumlah titik pantai yang menjadi daya tarik wisata, seperti Seminyak, Legian, Kedonganan, Jimbaran. Bahkan, kini meluas hingga ke Tanjung Benoa dan Berawa.
Mengantisipasi hal ini, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Badung mengerahkan sejumlah sumber daya dan tetap bersiaga di lokasi terdampak.
Plt Kepala DLHK Badung, Ida Bagus Gede Arjana, Senin (30/6), menegaskan bahwa pihaknya telah menyiapkan personel serta peralatan untuk menangani sampah laut, dengan dukungan dari TNI, khususnya Pangdam IX/Udayana.
“Kalau antisipasi terkait kiriman sampah laut, kita masih siaga. Yang pertama untuk pengamanan sampah laut, kita dibantu dengan TNI dalam hal ini Pangdam IX/Udayana. Kemudian untuk alat berat kaitan sampah laut kita masih tetap standby. Untuk alat berat, karena jumlahnya terbatas, kita upayakan penanganannya bergantian dengan kondisi sampah laut di masing-masing lokasi,” jelasnya.
Jenis sampah kiriman yang tiba di pantai cukup beragam, mulai dari sampah organik seperti batang pohon dan kayu besar, hingga sampah plastik rumah tangga. Untuk penanganannya, DLHK Badung melakukan pemilahan. Sampah organik ditampung di TPS sementara di Kedonganan dan TPST Mengwitani, sedangkan sampah plastik dikelola di TPS sebelum akhirnya dibawa ke TPA, jika kondisi memungkinkan.
“Kami ada 12 alat berat membantu bersih pantai dengan tenaga 500 orang. Mereka stand by untuk mengatasi sampah kiriman,” katanya.
Sebelumnya, Pemkab Badung tengah menyiapkan rencana jangka menengah berupa pemasangan alat penahan sampah laut, agar tidak sampai menyentuh bibir pantai. Strategi ini masih dalam tahap pembahasan intensif lintas sektor.
Wakil Bupati Badung, Bagus Alit Sucipta menyampaikan komitmen Pemkab dalam menanggulangi sampah kiriman secara berkelanjutan. Ia menyebut bahwa persoalan ini merupakan masalah tahunan yang terjadi antara bulan September hingga Desember.
“Jadi ke depannya kami di Badung akan mengupayakan pemasangan alat untuk mencegah sampah kiriman tersebut sampai pada pesisir pantai,” ungkapnya.
Ia juga menekankan pentingnya pendekatan holistik dengan melibatkan masyarakat, pelaku usaha, dan sektor pariwisata. Upaya pengelolaan sampah harus dimulai dari sumbernya, termasuk dari rumah tangga, desa, hingga hotel-hotel di kawasan wisata. (Parwata/Balipost)