Dewa Wisata Penglipuran merupakan salah satu dewa wisata yang maju dan berkembang dari 27 desa wisata yang ada di Bangli. (BP/nan)
BANGLI, BALIPOST.com – Sebanyak 27 desa wisata dikembangkan di Kabupaten Bangli untuk menarik kunjungan wisatawan datang ke gumi sejuk. Hanya saja dari jumlah desa wisata yang ada, desa wisata Penglipuran yang terlihat paling maju dan berkembang. Sisanya, desa wisata lainnya hanya numpang nama sebagai desa wisata saja.

Menurut Kepala Bidang Bina Objek Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Bangli I Wayan Bona, Kamis (16/3), pihaknya tidak menampik jika memang masih banyak desa wisata di Bangli belum berkembang maksimal.

Baca juga:  Mantan Napi Diberi Keterampilan Kemas Dupa

Bona mengatakan, dari 27 desa wisata yang ada, baru segelintir desa wisata yang berkembang pesat salah satunya Desa Wisata Penglipuran.

Banyak faktor yang menyebabkan belum bisa berkembangnya desa wisata tersebut secara merata. Salah satu, kurang gencarnya promisi yang dilakukan pihak pengelola. Kata dia banyak cara yang bisa dilakukan pihak pengelola untuk mempromosikan melalui media sosial, salah satunya seperti facebook (FB).

Baca juga:  Kemenpar akan Kupas Tuntas Homestay Desa Wisata dalam Rakornas 18-19 Mei 2017

“Jadi, apa yang ada di dewa wisata tersebut itu harus dipromosikan, sehingga masyarakat bisa mengetahui fasilitas apa saja yang disuguhkan di desa wisata tersebut,” katanya.

Pria asal Desa Trunyan itu menambahkan, pihaknya mengakui sejumlah desa wisata yang ada di Bangli memang sudah melakukan promosi untuk mengembangkan dan memajukan dewa wisata tersebut.

“Selama ini pengelola masing-masing Desa Wisata sudah berupaya mempromosikan desa wisata hanya saja belum maksimal. Kedepanya, pengelola atau perangkat desa harus lebih gencar dan lebih proaktif untuk melakukan promosi,” harapnya.

Baca juga:  Belasan Desa Wisata di Tabanan Kurang Aktif

Lebih lanjut dikatakannya, pihak pengelola harus memiliki program pendukung untuk memacu perkembangan desa wisata yang dikelola. Jangan sampai pihak pengelola tidak mempunyai program yang jelas untuk mengembangkan dan memajukan dewa wisata yang mereka kelola. (eka prananda/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *