Jogging track di salah satu desa di wilayah Kecamatan Selemadeg Timur menunjukkan sinergitas pertanian dan pariwisata melalui pembentukan desa wisata. (BP/istimewa)

TABANAN, BALIPOST.com – Kabupaten Tabanan menyimpan potensi pariwisata berbasis desa yang sangat kaya. Namun, pengelolaan desa wisata di daerah ini masih menghadapi sejumlah tantangan, mulai dari keterbatasan sumber daya manusia (SDM), sarana-prasarana yang belum memadai, akses infrastruktur yang sempit, hingga pemasaran belum maksimal.

Data Dinas Pariwisata Tabanan mencatat, dari 133 desa yang tersebar di seluruh kecamatan di Tabanan, baru 31 desa yang memiliki SK penetapan desa wisata. Dari jumlah tersebut, 2 desa berstatus maju, 7 desa dalam kategori berkembang, sedangkan sisanya masih berada pada tahap rintisan.

“Sejauh ini belum ada penambahan desa wisata di tahun 2025. Namun, ada dua desa yang sudah mengajukan permohonan penetapan yaitu Desa Baturiti di Kecamatan Kerambitan dan Desa Gubug di Kecamatan Tabanan, serta pengajuan tambahan dari Desa Pangkungkarung,” ujar Kabid Pemasaran Dinas Pariwisata Kabupaten Tabanan, I Wayan Widiatmaja, Minggu (24/8).

Baca juga:  Lima Desa Wisata di Gianyar Ini Raih 10 Besar LPDWN

Menurut Widiatmaja, meski sudah ada upaya promosi lewat akun Instagram resmi dan website pemerintah, potensi besar desa wisata di Tabanan belum sepenuhnya tergarap. “Kearifan lokal yang unik, seperti seni tradisi, alam persawahan, trekking, hingga air terjun, masih membutuhkan sentuhan serius agar menjadi daya tarik unggulan,” tambahnya.

Apalagi diakuinya keterbatasan SDM menjadi salah satu hambatan utama. Banyak pengelola desa wisata belum memiliki kemampuan tata kelola yang mumpuni, termasuk manajemen destinasi dan pemasaran digital. Untuk mengatasinya, Dinas Pariwisata menggandeng sejumlah perguruan tinggi memberikan pelatihan serta pendampingan berkelanjutan.

Baca juga:  Adu Jangkrik, Pelajar Meninggal

“Kami berharap beberapa perguruan tinggi bisa menjadi bapak asuh untuk mendampingi desa wisata, terutama yang masih dalam tahap rintisan dan berkembang,” jelasnya.

Selain SDM, kondisi akses jalan (infrastruktur) menuju beberapa desa wisata juga menjadi keluhan wisatawan. Banyak lokasi yang hanya bisa diakses kendaraan kecil, sehingga membatasi jumlah kunjungan.

Widiatmaja menambahkan, monitoring rutin dilakukan oleh tim Dinas Pariwisata satu hingga tiga bulan sekali untuk mengevaluasi perkembangan desa wisata sekaligus memberikan pembinaan. “Pendampingan ini penting untuk menjaga konsistensi pengelolaan dan memastikan potensi yang ada benar-benar dikembangkan,” tegasnya.

Baca juga:  Dari SHM Masuk Penlok Jalan Tol Diblokir hingga 18 Calon DPD dari Bali

Diharapkan dengan keberadaan potensi kearifan lokal yang dimiliki masing masing desa bisa mendorong desa wisata menjadi penopang ekonomi masyarakat. “Kalau semua unsur digarap dengan baik, desa wisata di Tabanan bukan hanya dikenal di tingkat lokal, tetapi bisa bersaing di pasar internasional,” pungkasnya. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN