Suasana di Desa Tenganan Pegeringsingan. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Baali tak hanya soal pantai dan resort mewah —pulau ini juga menawarkan kekayaan budaya yang mengakar kuat.

Salah satu tempat yang paling otentik untuk menyaksikan kehidupan Bali tradisional adalah Desa Tenganan Pegringsingan, sebuah desa adat yang masih mempertahankan warisan budaya Bali Aga atau Bali Kuna.

Terletak di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, desa ini menyuguhkan pengalaman wisata budaya yang langka dan penuh makna.

Dilansir dari berbagai sumber, berikut tujuh hal menarik tentang desa wisata ini!

1. Desa Bali Aga yang Tidak Terjamah Majapahit

Desa Tenganan dikenal sebagai Bali Aga, yaitu kelompok masyarakat Bali asli yang tidak terpengaruh oleh kebudayaan Majapahit pada abad ke-14. Ini membuat sistem sosial, adat, hingga arsitektur desa berbeda dari desa-desa lain di Bali. Di sini, Anda tidak akan menemukan sistem kasta, dan masyarakatnya hidup dengan prinsip kesetaraan.

Baca juga:  Hari Ini, Bali Laporkan Nihil Korban Jiwa COVID-19

2. Tata Ruang Unik dan Larangan Jual Beli Tanah

Tenganan punya aturan adat yang ketat tentang tata ruang. Semua tanah di desa ini tidak boleh diperjualbelikan, sesuai hukum adat yang disebut Awik-Awik. Desa ini terbagi dalam tiga banjar dan enam deretan pemukiman linear, dengan rumah-rumah yang dibangun dari bahan alami seperti seng atau daun kelapa, bukan genteng.

3. Pemujaan Dewa dan Leluhur di 35 Pura

Berbeda dari desa lain di Bali yang memiliki Pura Desa, Puseh, dan Dalem, Tenganan memiliki 35 pura untuk memuja dewa dan leluhur. Ini mencerminkan spiritualitas masyarakat yang khas dan menjadikan desa ini sebagai pusat ritual keagamaan yang sakral.

Baca juga:  Harus Terus Diperjuangkan, Kepariwisataan yang Untungkan Masyarakat Desa dan Konservasi Alam

4. Tradisi Perang Pandan yang Spektakuler

Salah satu atraksi budaya yang paling terkenal adalah Perang Pandan atau makere-kere. Tradisi ini digelar setahun sekali selama dua hari, sebagai penghormatan kepada Dewa Indra, dewa perang dalam kepercayaan Hindu di Tenganan. Dalam tradisi ini, para pemuda bertarung menggunakan pandan berduri dan perisai rotan—sebuah pertunjukan yang mendebarkan dan sarat nilai ritual.

5. Kain Gringsing: Tenun Sakral Bernilai Magis

Tenganan adalah satu-satunya tempat di Indonesia yang menghasilkan kain Gringsing, kain tenun ikat ganda yang sangat langka. Nama Gringsing berarti “tidak terkena bencana”, dan dipercaya memiliki kekuatan spiritual. Kain ini telah mendapatkan hak indikasi geografis dan bahkan dijadikan suvenir resmi dalam KTT G20 di Bali pada 2022.

Baca juga:  Tari Gandrung Ketapian Kelod, Berawal dari Adanya Gerubug

6. Sejarah Asal Usul yang Legendaris

Menurut legenda, Tenganan berasal dari kisah kuda Onceswara, peliharaan Raja Bedahulu. Ketika kudanya hilang dan ditemukan mati, wilayah Tenganan diberikan sebagai hadiah kepada tim pencari yang berhasil menemukannya. Nama “Tenganan” berasal dari kata “ngatengahang” (daerah tengah bukit), sementara “Pegringsingan” berasal dari kain Gringsing yang menjadi warisan utama desa.

7. Desa Wisata Terbaik Nasional

Berkat keunikan dan pelestarian adatnya, Desa Tenganan masuk dalam 50 besar desa wisata terbaik versi Anugerah Desa Wisata Indonesia 2021 dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Desa ini menjadi contoh nyata harmoni antara budaya, lingkungan, dan pariwisata berkelanjutan. (Agus Pradnyana/balipost)

BAGIKAN