
DENPASAR, BALIPOST.com – Setiap bulan Juni, Desa Adat Tenganan Pegringsingan di Karangasem, Bali, menjadi panggung tradisi unik bernama Perang Pandan atau Mekare-kare.
Tradisi ini bukan sekadar pertarungan fisik, melainkan ritual sakral yang penuh makna historis dan spiritual. Warisan budaya Bali Aga ini dijalankan dengan semangat keberanian, solidaritas, dan penghormatan kepada Dewa Perang, Dewa Indra.
Tahun ini, Perang Pandan akan digelar pada 22 dan 23 Juni 2025. Dimulai pukul 12.30 WITA, bertempat di Desa Adat Tenganan Pegringsingan, Karangasem, Bali.
1. Digelar Tiap Tahun di Bulan Juni
Perang Pandan merupakan bagian dari upacara adat Usaba Sambah, yang selalu dilaksanakan setiap bulan Juni, mengikuti kalender tradisional Bali Aga.
2. Tradisi Bali Aga yang Sakral
Tradisi ini hanya ditemukan di Desa Tenganan Pegringsingan, salah satu komunitas Bali Aga yang masih mempertahankan adat leluhur. Perang Pandan merupakan bentuk pengabdian kepada Dewa Indra, sang dewa perang dalam ajaran Hindu.
3. Melambangkan Keberanian dan Kehormatan
Mekare-kare bukan sekadar duel fisik. Ia menjadi simbol kemenangan Dewa Indra atas Maya Denawa dan menjadi ajang pelatihan mental serta penguatan karakter para pemuda desa.
4. Bertarung dengan Daun Pandan Berduri
Peserta bertarung satu lawan satu menggunakan senjata dari daun pandan berduri, sambil membawa tameng rotan. Luka akibat duri dianggap sebagai lambang keberanian, bukan kekalahan.
5. Dijalani oleh Pemuda Desa
Yang bertarung adalah pemuda-pemuda desa, mengenakan kain kamen dan udeng, tanpa baju. Ritual ini menjadi ajang pembuktian diri di hadapan masyarakat.
6. Tak Ada Permusuhan, Hanya Persaudaraan
Setelah bertarung, para peserta saling berpelukan sebagai tanda persahabatan. Tradisi ini mengajarkan bahwa keberanian tidak harus disertai permusuhan.
7. Disembuhkan dengan Ramuan Tradisional
Luka-luka dari pandan duri diobati menggunakan ramuan kunyit dan cuka kelapa yang dipercaya mampu menyembuhkan secara alami dan cepat. (Pande Paron/balipost)