
NEGARA, BALIPOST.com – Lebih dari setahun beroperasi, Pasar Umum Negara yang telah direvitalisasi dengan bangunan lantai dua, masih belum optimal dan berdampak untuk para pedagang. Terutama kios-kios di lantai II, selama dibuka mengalami situasi yang sangat sulit karena jarangnya pembeli naik. Omset mereka turun drastis justru setelah pasar direvitalisasi. Bahkan banyak pedagang yang memilih untuk tidak membuka kios.
Saat ini, Pemkab Jembrana melalui Dinas Koperasi, UMKM dan Perdagangan belum menerapkan retribusi dengan kondisi pedagang yang masih sangat terpuruk.
Bupati Jembrana, I Made Kembang Hartawan yang juga mendapati keluhan para pedagang Jumat (5/12) akhir pekan lalu mendatangi Balai Penataan Bangunan, Prasarana dan Kawasan Bali.
Aspirasi mendesak dari para pedagang Pasar Umum Negara, yang saat ini menghadapi kesulitan ekonomi akibat kondisi pasar yang belum optimal disampaikan.
“Saat ini para pedagang sangat mengeluh. Beberapa perwakilan pedagang datang kepada saya, mereka bilang omzetnya hampir tidak ada setiap hari,” ujar Bupati Kembang.
Ia menegaskan, pentingnya penataan kembali sejumlah titik di Pasar Umum Negara untuk keberlangsungan hidup para pedagang, khususnya dalam menghadapi dampak ekonomi saat ini. Setelah mempelajari keluhan di lapangan, Bupati Kembang menyebutkan ada sejumlah permasalahan yang disampaikan pedagang terkait penataan pasar, diantaranya ketinggian pintu masuk pasar yang kurang tinggi dan perlunya jembatan di bawah dari gedung A ke gedung B.
“Saya memikirkan keberlangsungan mereka, anak-anak mereka harus sekolah, dan mereka harus makan. Kami merasakan betul bagaimana sekarang dampak ekonomi pedagang kita tidak dapat jualan,” tambahnya.
Bupati Kembang Hartawan juga secara tegas meminta solusi dan kebijakan Balai Penataan Bangunan, Prasarana dan Kawasan Bali yang dapat mempercepat pembenahan. Tidak dipungkiri bahwa bangunan gedung Pasar Umum Negara saat ini sudah baik dan memenuhi standar pasar secara nasional. Namun yang sangat disayangkan belum bisa memberikan dampak maksimal kepada para pedagang yang notabene memanfaatkan gedung tersebut setiap hari untuk mencari nafkah.
“Saya senang melihat bangunannya dari luar dan bangga, tapi fungsinya bagaimana? Dan tujuan terhadap pedagang tidak tercapai,” tegasnya.
Bahkan, Ia menyatakan, penolakan jika bangunan tersebut diusulkan sebagai aset daerah namun belum memberikan manfaat secara maksimal kepada masyarakat khususnya para pedagang yang menggantungkan hidupnya di pasar induk di Jembrana ini. (Surya Dharma/balipost)










