Perpustakaan Daerah Karangasem terlihat sepi dari kunjungan masyatakat. (BP/nan)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Di tengah perkembangan teknologi saat ini, minat masyarakat Karangasem mengunjungi perpustakaan daerah untuk membaca masih terbilang rendah. Hal itu terlihat dari sedikitnya angka kunjungan harian. Padahal perpustakaan memiliki ribuan koleksi buku, termasuk puluhan naskah kuno yang telah dialihaksarakan.

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Karangasem, I Nyoman Sudiatmika, Kamis (30/10) mengungkapkan, rata-rata kunjungan masyarakat ke perpustakaan setiap harinya hanya berkisar 25 hingga 50 orang.

Baca juga:  Puri Agung Pacekan Jembrana Serahkan Bantuan ke Warga

“Ya, masih rendah sekali. Mungkin pengaruh perkembangan zaman digital. Masyarakat sudah bisa mengakses buku-buku yang disukai melalui smartphone. Sekarang semua bisa dicari lewat Google,” ujarnya.

Sudiatmika mengatakan, kemudahan akses digital membuat kunjungan fisik ke perpustakaan kurang diminati. Karena itu, pihaknya menyiapkan strategi untuk meningkatkan geliat literasi di daerah. “Ke depan, kami akan menambah koleksi buku yang tidak tersedia di Google. Selain itu, sosialisasi dan edukasi mengenai pentingnya membaca juga akan kami genjot,” katanya.

Baca juga:  Pariwisata Bali akan Dibuka, Pelaku Usaha Perlu Modal Berbunga Ringan Memulai Lagi Bisnisnya

Menurut Sudiatmika, saat ini, perpustakaan daerah memiliki 16.210 judul buku dengan total 26.000 eksemplar. Selain itu, juga tersimpan 61 naskah kuno yang telah dialihaksarakan, seperti usada, geguritan, kakawin, babad, dan lainnya. Adapun 176 judul buku sudah melalui proses digitalisasi dengan total 325 eksemplar.

“Kita juga sedang menggencarkan perpustakaan keliling, dimana saat ini masih difokuskan untuk menjangkau sekolah-sekolah dasar sebagai upaya menumbuhkan minat baca sejak dini. Karena tantangan utama masih pada kebiasaan membaca masyarakat. Kita berharap, edukasi literasi sejak dini dapat menjadi kunci terbentuknya budaya baca yang lebih kuat di masa yang akan datang,” jelasnya. (Eka Prananda/balipost)

Baca juga:  Incenerator Bukan Satu-satunya Solusi, Sampah Tetap Harus Dipilah
BAGIKAN