HADIRI - Kepala BNN, Komjen Pol. Dr. Marthinus Hukom saat menghadiri penguatan program Desa Bersinar di Wantilan Desa Adat Kelan, Badung. (BP/Rah)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Kepala BNN, Komisaris Jenderal (Komjen) Pol. Dr. Marthinus Hukom angkat bicara terkait kasus penembakan warga negara Australia, Zivan Radmanovic hingga meninggal dan Sanar Ghanim sampai luka parah di Villa Casa Santisya, Jalan Pantai Munggu Seseh Gang Maja, Desa Munggu, Mengwi, Badung. Menurutnya kasus tersebut merupakan kejahatan luar biasa dan harus dipotret dari segala aspek, termasuk dugaan terkait sindikat narkoba.

“Sudah jelas itu kan sindikat, jaringan kejahatan dari luar. Saya tidak mendalami persis tapi yang satu kasus yang terjadi beberapa tahun lalu kita bisa lihat kok, dicek bahwa itu adalah jaringan kartel di Amerika Latin. Kita bisa buktikan itu. Artinya operasi mereka sudah sampai di sini (Bali),” tegas Komjen Marthinus usai menghadiri penguatan program Desa Bersinar (bersih narkoba) di Wantilan Desa Adat Kelan, Badung, Selasa (15/7).

Menurutnya fenomena-fenomena kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang luar negeri, tidak bisa dilihat dengan kecamata kejahatan biasa tapi harus dipotret dari segala aspek. “Kalau mereka (pelaku) hanya dendam, kenapa harus di sini (eksekusi di Bali)? Kenapa harus menunggu di sini baru (dieksekusi)? Ini kan ada sesuatu yang fenomena yang menarik yang harus didalami secara intelijen. Kita harus mapping betul,” tegasnya.

Baca juga:  Istri Mang Jangol Ditangkap

Setiap kejahatan yang terjadi, jenderal bintang tiga ini mengungkapkan selalu memerintahkan anggotanya harus melihat dengan kecamata sisi narkoba. Contohnya pembunuhan anak terhadap orangtua, ia langsung perintahkan coba cek narkobanya. Jangan-jangan pelalu terpengaruh narkoba. Pembunuhan yang berantai contohnya. Itu pembunuhan yang luar biasa. Oleh karena itu setiap fenomena kejahatan itu harus dibaca dari segala aspek.

Saat ini peredaran narkoba merambah pelosok desa. Oleh karena itu BNN punya program Desa Bersinar. BNN mencoba melakukan intervensi-intervensi ke desa karena melihat fenomena narkoba ini sudah menyasar ke sana. Fenomena modus operandi kemudian zat-zat adiktif yang digunakan yang tadinya pasaran seperti putaw dan heroin, sekarang berubah dan dibuat zat-zat yang menstimulus stamina manusia. Padahal itu sesuatu sangat berbahaya karena stimulus zat yang digunakan kemudian bersifat adiktif. Pada dasarnya para bandar mengikat orang supaya seakan-akan ada peningkatan produktifitas padahal sebenarnya sedang dipropaganda untuk membuka pasar. Kalau orang menjadi tergantung dengan narkoba tersebut dan tidak bisa lepas maka dosisnya ditambah.

Baca juga:  Jatuh di Wisata Ayunan, WNA Prancis Meninggal

“Itu yang sekarang ini terjadi di berbagai tempat terutama desa-desa. Ada beberapa hal yang harus kita lakukan adalah penguatan-penguatan desa,” ungkapnya.

Kenapa satu desa itu bisa terpapar oleh narkoba? Menurut mantan Kepala Densus 88 Antiteror ini melihat akar masalahnya. BNN dengan kementerian terkait dan kepala desa bisa berkolaborasi membedah problem-program yang ada di desa. Perlahan-lahan pihaknya akan mencoba untuk melakukan intervensi sehingga membangun ketahanan masyarakat desa bisa terwujud. Jangan sampai basis produksi negara yakni di desa dilemahkan. Pasalnya distribusi-distribusi komuditas selalu dari desa. Jangan sampai desa diserang dengan narkoba. Oleh karena itu kuatkan desa dengan berbagai macam program.

Baca juga:  Konsumsi Hasish, Warga Rusia Divonis Setahun Penjara

“Kami mencoba untuk mengidentifikasi beberapa wilayah yang bisa kita katakan desa atau mungkin kelurahan dan lain-lain itu di Indonesia ada sekitar 800-an desa (terpapar narkoba). Kami mencoba mengidentifikasi dan apa yang membuat seperti itu?” ucapnya.

Oleh karena itu menjadi tugas kita bersama bagaimana mencegah atau memutuskan jaringan narkoba ini dengan program-program pemerintah. Sedangkan untuk di Bali belum ada. Ia mengimbau toko-tokoh adat atau kepala desa melakukan pendekatan-pendekatan untuk meningkatkan moral masyarakat supaya bisa membentengi diri membuat ketahanan desa kuat. Apalagi Bali punya nilai-nilai sosial kapital seperti gotong royong, penghormatan terhadap lingkungan dan lainnya.

“Terus terang saya tidak terlalu khawatir dengan Bali karena memiliki nilai sosial kapital yang tinggi. Tinggal bagaimana kita mengelaborasikan menghadapi ancaman narkotika. Orang Bali punya tatakrama yang sangat tinggi, takut akan karma dan lain-lain. Itu yang kita bisa bangun bersama-sama,” tutupnya. (Kertanegara/Balipost)

BAGIKAN