
JAKARTA, BALIPOST.com – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menginformasikan sebanyak tujuh pasien terkonfirmasi positif COVID-19 terdata pada pekan lalu.
Seluruh pasien itu dilaporkan sembuh. “Itu (tujuh pasien positif COVID-19-red) data minggu lalu. Semuanya sudah sembuh. Varian ini tidak menimbulkan keparahan dan kematian,” kata Juru Bicara Kemenkes Widyawati, Selasa (3/6) dikutip dari Kantor Berita Antara.
Kemenkes juga mengimbau agar kelompok lanjut usia (lansia) dan penderita komorbid tetap menjadi perhatian utama.
“Waspada tetap perlu, khususnya bagi mereka yang memiliki risiko tinggi. Mari jaga bersama dengan langkah-langkah pencegahan sederhana namun efektif,” katanya menambahkan.
Hingga Selasa sore, Kemenkes belum memperoleh data aktual fluktuasi kasus yang mungkin terjadi di sejumlah daerah.
Ia menambahkan, masyarakat tetap perlu menerapkan disiplin protokol kesehatan seperti yang telah dijalani selama pandemi COVID-19, terutama mencuci tangan, menjaga kebersihan, dan menggunakan masker di tempat umum yang padat.
“Kami memahami kekhawatiran masyarakat karena mengingatkan pada situasi 2020-2023,” katanya.
Peningkatan kasus COVID-19 kembali menjadi sorotan setelah sejumlah negara di Asia Tenggara, seperti Thailand, Singapura, Hong Kong, dan Malaysia, melaporkan lonjakan kasus baru sejak akhir Mei 2025.
Situasi ini mendorong Kemenkes RI menerbitkan surat edaran kewaspadaan kepada seluruh fasilitas kesehatan di Indonesia.
Dikonfirmasi terpisah, Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Prof. Tjandra Yoga Aditama, mengingatkan bahwa kewaspadaan perlu ditingkatkan menyusul tren kenaikan lebih lanjut, khususnya di Thailand, yang kini mencatat ribuan kasus dan kematian dalam waktu singkat.
“Sudah ada sekolah di Samut Prakan, Thailand, yang kembali menerapkan pembelajaran daring karena peningkatan kasus. Ini menjadi alarm bahwa COVID-19 belum sepenuhnya hilang,” ujarnya.
Tak hanya di Asia, negara-negara lain juga mengalami tren serupa. Dalam kunjungannya ke Brisbane, Australia, Prof. Tjandra mengamati peningkatan kasus di sana, termasuk kemunculan varian NB.1.8.1 di tengah musim dingin.
“Suhu sudah di bawah 15 derajat Celsius, dan kasus kembali naik,” katanya.
Menghadapi situasi ini, Prof. Tjandra menyampaikan lima langkah penting yang harus menjadi perhatian semua pihak, yakni meningkatkan pemantauan jumlah kasus, tingkat keparahan, kematian, dan varian COVID-19 yang beredar di masyarakat.
“Informasi ini penting untuk disampaikan secara terbuka kepada publik,” katanya.
Tjandra menegaskan pentingnya vaksinasi ulang bagi kelompok berisiko tinggi, terutama lansia dan penderita komorbid, minimal satu tahun setelah vaksinasi terakhir. Ia juga menyoroti perlunya data varian yang beredar agar bisa disesuaikan dengan jenis vaksin yang tersedia.
Ia juga meminta pemerintah meningkatkan kerja sama regional seperti melalui ASEAN Center for Public Health Emergencies and Emerging Diseases serta komunikasi aktif dengan WHO yang dinilai krusial dalam menghadapi potensi gelombang baru secara kolektif.
“Kita perlu menyadari bahwa COVID-19 memang masih ada di tengah kita. Kasusnya masih ada di berbagai negara, termasuk negara kita juga,” katanya.
Terakhir, terapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan menjaga kebersihan diri, pola makan sehat, dan aktivitas fisik rutin tetap menjadi benteng utama.
“PHBS tidak hanya penting untuk cegah COVID-19, tapi juga berbagai penyakit lainnya,” ujarnya. (kmb/balipost)