
DENPASAR, BALIPOST.com – Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali selama Januari-Maret 2025 meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya.
“Jumlah wisman yang datang langsung ke Bali pada periode bulan Januari-Maret 2025 mengalami kenaikan sebesar 7,95 persen,” kata Kepala BPS Bali Agus Gede Hendrayana Hermawan dilansir dari Kantor Berita Antara.
Ia menyebut pada triwulan pertama 2024 jumlah kunjungan wisman 1.344.541 kunjungan, sementara tahun ini 1.451.445 kunjungan.
Namun, di balik meningkatnya kunjungan, tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang di Bali justru menurun pada Maret 2025.
“Untuk Maret 2025 tingkat penghunian kamar di hotel bintang di Bali tercatat sebesar 46,61 persen, angka ini lebih rendah 5,01 persen poin dibanding bulan sebelumnya,” katanya.
Ia menyebut selain pada hotel berbintang, penurunan persentase okupansi ini juga turun pada hotel non bintang sebesar 0,64 persen poin.
“Untuk kondisi hotel non bintang pada Maret 2025, tingkat penghunian kamarnya mencapai 35,71 persen, angka ini turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya, di bulan Februari yang saat itu mencapai 36,35 persen,” ujarnya.
Tak hanya kondisi Maret 2025 dibanding Februari 2025, penurunan tingkat penghunian kamar ini juga turun dibanding Maret 2024.
Jika diukur secara tahun ke tahun, pada hotel berbintang terjadi penurunan 6,10 persen poin dan pada hotel non bintang turun 2,73 persen poin.
“Jadi, setelah Februari yang lalu angkanya mengalami penurunan, di bulan Maret ini angka tingkat penghunian kamar di Provinsi Bali kembali mengalami penurunan,” kata Agus Gede.
BPS Bali menjabarkan untuk hotel berbintang, selama Maret hotel bintang satu mendapat keterisian tertinggi yaitu sebesar 54,05 persen sementara terendah hotel bintang tiga dengan 44,10 persen.
Ketika dibedah berdasarkan lokasi menginap, Agus Gede melihat sebaran hunian kamar terendah di Kabupaten Bangli dan tertinggi di Kota Denpasar.
“Tingkat penghunian kamar tertinggi itu di Denpasar 48,41 persen, destinasi wisata lain seperti Badung angka TPK-nya tercatat 46,59 persen, terendah di Bangli,“ kata dia.
Meski terjadi penurunan, BPS Bali meminta tak khawatir karena menurunnya persentase dapat disebabkan oleh jumlah kamar yang terus meningkat.
“Jadi, kamar yang terjual di bulan Maret itu sebenarnya mengalami peningkatan, namun kamar yang tersedia juga mengalami peningkatan, jadi bisa saja jumlah kamar yang disewa itu meningkat dan jumlah kamar yang tersedia juga mengalami peningkatan,” ujarnya. (kmb/balipost)