Ir. Dharma Gusti Putra Agung Kresna. (BP/Istimewa)

Oleh Agung Kresna

Usai sudah hiruk pikuk pilpres 2024, setelah MK menetapkan hasil persidangan Persengketaan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pilpres. Berlanjut dengan KPU menetapkan Presiden Indonesia periode 2024 – 2029 yang terpilih. Kita tinggal menunggu kiprah Presiden terpilih sebagaimana dijanjikan pada saat kampanye.

Upaya memperkuat dukungan di parlemen terus digalang oleh kubu pemenang Pemilu Presiden 2024. Semua ini ditujukan guna mengamankan aneka kebijakan pemerintah yang memerlukan dukungan dari parlemen. Kubu koalisi dan oposisi masih saling memosisikan diri guna menggalang kekuatan masing-masing.

Sosok yang dijagokan akan mengisi kabinet pun juga sudah mulai santer menjadi bahan pembicaraan publik. Masyarakat juga berharap agar para pemangku jabatan di kabinet adalah mereka yang memang ahli di bidangnya sesuai kementeriannya.

Meski tidak bisa dimungkiri bahwa tarik-menarik dari partai pendukung juga akan memberi warna tersendiri. Bagaimanapun pembangunan berkelanjutan akan meningkatkan daya lenting masyarakat, memperkuat inklusi, dan kohesi sosial. Pembangunan harus berpusat serta berakar pada manusia itu sendiri. Dengan cara pandang ini, Indonesia wajib menumbuhkan ekosistem kebudayaan yang sehat dan berkelanjutan, dengan memperkuat data kebudayaan sebagai basis kebijakan.

Baca juga:  Pembukaan Masa Kampanye, Ini Komitmen Paslon

Kebudayaan DNA Kita

Saat ini permasalahan yang terkait dengan kebudayaan masih dikelola pada tingkat Direktorat Jendral (Ditjen). Padahal seringkali permasalahan kebudayaan bersifat lintas kementerian. Sudah saatnya kebudayaan berada dalam satu kementerian tersendiri, agar segala permasalahannya dapat tertangani secara lebih komprehensif.

Wacana pembentukan kementerian kebudayaan sempat disinggung dalam debat capres Pemilu 2024 yang lalu. Keberadaan kementerian yang tersendiri, akan memacu pengembangan kebudayaan menjadi lebih fokus dan bisa mengoptimalkan pemanfaatannya. Hal ini mengingat cakupan kebudayaan bisa mulai dari pangan, lingkungan, adat-tradisi, hingga produk kreatif, dll.

Musyawarah Nasional Dewan Kesenian dan Dewan Kebudayaan se-Indonesia pada 10-13 Desember 2023 di Jakarta yang diikuti perwakilan 216 Dewan Kesenian/Kebudayaan tingkat provinsi serta kabupaten/kota, juga merekomendasikan pembentukan kementerian yang khusus membidangi kebudayaan, guna optimalisasi upaya pemajuan kebudayaan.

Baca juga:  Pemilu, Event atau Perilaku

Harus kita akui bahwa kebudayaan adalah DNA (deoxyribonucleic acid) bangsa Indonesia. Kebudayaan merupakan materi genetik yang diturunkan dan khas, mengisi rantai molekul dalam tubuh setiap orang Indonesia. Rantai molekul orang Indonesia bak memuat instruksi genetik kebudayaan yang dibutuhkan dalam seluruh siklus hidupnya.

UNESCO pun mengakui bahwa Indonesia adalah negara adidaya dalam kebudayaan. Kebudayaan adalah satu-satunya energi terbarukan yang dapat mempersatukan kita untuk masa depan yang lebih berkelanjutan. Kebudayaan dapat digunakan oleh semua orang sebagai energi terbarukan, tanpa khawatir sumber daya ini akan habis pada suatu saat nanti.

Di beberapa Pemerintah Daerah juga sudah menempatkan pengelolaan urusan kebudayaan dalam wadah Dinas/Organisasi Perangkat Daerah tersendiri. Namun, masih ada juga yang menempatkan masalah kebudayaan dikelola bersama dengan urusan pariwisata ataupun juga digabung dengan urusan pendidikan sebagaimana di Pemerintah Pusat.

Baca juga:  Menguji Kekompakan Krama Bali

Menurut Prof. Koentjaraningrat -Bapak anthropologi Indonesia- kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang diciptakan untuk manusia dengan belajar (1990:180). Kebudayaan selalu diperbarui melalui inovasi guna menjawab tantangan yang terus berubah.

Namun kebudayaan masih sering dimaknai secara sempit dalam arti kesenian semata. Hal ini sering mengurangi kedalaman makna kebudayaan. Prof. Koentjaraningrat menyatakan kebudayaan terjelma dalam tiga wujud, yakni sistem ide (ideas), sistem aktivitas (activities), dan sistem artefak (artifacts). Kalau Indonesia ingin maju dan beradab, kebudayaan harus diperkuat.

Penulis, Arsitek, Senior Researcher pada Centre of Culture & Urban Studies (CoCUS) Bali, tinggal di Denpasar

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *