Prof. Ratminingsih. (BP/Istimewa)

Oleh Prof. Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A.

Literasi merupakan salah satu keterampilan penting abad 21. Literasi dasar merujuk pada kemampuan membaca dan menulis atau melek huruf. Kedua kemampuan ini sangat penting bagi kita semua dalam menjadikan diri lebih cerdas dan bijaksana. Sebagai kemampuan dasar, kedua kemampuan ini menjadi fondasi bagi peserta didik dalam memahami berbagai ilmu pengetahuan dan informasi.

Tanpa kemampuan membaca yang baik, niscaya mereka memiliki dan mampu memahami berbagai pengetahuan yang diajarkan dalam berbagai mata pelajaran. Pun halnya kemampuan menulis menjadi sangat penting, karena melalui menulis peserta didik dapat mengerjakan berbagai tugas tertulis untuk menunjukkan kemampuan pemahaman dan kreativitas.

Berbagai hasil penelitian telah membuktikan bahwa minat membaca masyarakat Indonesia rendah karena membaca belum dijadikan kebiasaan dan budaya. Oleh karena minat baca yang rendah, maka tingkat literasinya rendah, sehingga mudah percaya dengan berita bohong (hoax).

Untuk menjadikan kegiatan literasi menjadi budaya, ada beberapa tahapan penting yang dapat dikerjakan baik orangtua di rumah dan guru di sekolah. Pertama adalah membangun minat baca, minat baca dapat dibangun dengan menggunakan cara atau strategi pembelajaran yang mampu menarik perhatian peserta didik.

Baca juga:  Perlindungan Pekerja Pariwisata

Buku cerita bergambar merupakan salah satu jenis cerita yang dapat meningkatkan ketertarikan peserta didik untuk mau membaca. Gambar yang ada pada buku cerita dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan minatnya membaca. Dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, cerita dapat dikemas dalam versi digital, sehingga media konvensional yang berupa buku cetak dapat digantikan dengan cerita digital.

Minat membaca yang telah meningkat ini perlu dipupuk dan ditumbuhkembangkan agar menjadi sebuah kebiasaan. Kebiasaan membaca dapat dikatakan sebagai budaya yang tercipta dalam keluarga. Kebiasaan membaca selanjutnya dikembangkan dan difasilitasi di sekolah.

Sekolah dapat menyediakan fasilitas bacaan yang memadai di perpustakaan agar peserta didik dapat mengembangkan kebiasaan menjadi sebuah kecintaan membaca. Misalnya menyediakan buku-buku cerita rakyat baik yang berbasis budaya lokal dari berbagai daerah di Indonesia atau buku-buku cerita modern dari negara lain.

Baca juga:  Kurikulum Merdeka, Kurikulum Opsional 2022

Dengan cara demikian, mereka mampu meningkatkan bukan hanya literasi, tetapi juga pemahaman terhadap budaya dari daerah atau negara lain. Ada dua strategi yang dapat digunakan guru dan orangtua dalam meningkatkan literasi melalui pemanfaatan cerita. Pertama adalah mendongeng (storytelling).

Dalam mendongeng, guru dan orangtua dapat langsung menceritakan sebuah cerita. Bila memungkinkan, guru atau orangtua dapat mengubah suara sesuai karakter pada cerita. Lalu anak-anak disuruh mendengarkan cerita, pada setiap selesai satu plot cerita pada setting tertentu, guru atau orangtua bisa berhenti sejenak dan membimbing anak-anak untuk berpikir kelanjutan cerita atau mendiskusikan hal penting pada plot tersebut, sehingga pemahaman anak-anak lebih mendalam terhadap bagian tersebut.

Guru atau orangtua juga bisa melakukan strategi membaca bersama (shared story reading), yaitu bersama-sama membaca dengan anak. Guru atau orangtua bisa membacakan cerita lebih awal untuk mengajarkan cara melafalkan kata, mengajarkan maknanya, selanjutnya menyuruh anak-anak menirukan membaca. Bila ada kesalahan pelafalan, guru atau orangtua dapat membantu mengoreksinya.

Baca juga:  5 Tahun ke Depan, Buleleng Kekurangan Guru 1.255 Orang

Kemudian, guru dan orangtua dapat mendiskusikan isi cerita bersama untuk mempertegas pemahaman dan membahas nilai-nilai karakter yang dipresentasikan oleh tokoh yang ada pada cerita. Mereka akan menjadi pendengar dan pembaca yang kritis. Keterampilan berpikir kritis, yang menjadi salah satu keterampilan abad 21 juga dapat diasah dan ditingkatkan melalui kegiatan ini. Dengan demikian, guru dan orangtua wajib bekerja sama secara kolaboratif di sekolah dan di rumah dalam usaha mengembangkan literasi. Cerita adalah salah satu cara yang dapat digunakan dalam membangun budaya literasi agar menjadikan membaca bagian dari hidup.

Penulis, Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha

BAGIKAN