Pengurus Asosiasi Logistik dan Fowarder Indonesia (ALFI) Bali saat rapat koordinasi dengan DPRD Bali, Selasa (9/3). (BP/Win)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pelaku usaha ekspor di Bali yang tergabung dalam Asosiasi Logistik dan Fowarder Indonesia (ALFI) Bali mendatangi Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bali, Selasa (9/3). Mereka yang diterima Komisi III DPRD Bali, berkeluh kesah terkait keadaan ekspor impor saat ini.

Pembina ALFI Bali, Bagus John Sujayana menyatakan, di tengah situasi pandemi, ada rencana Kapal Meratus tak singgah di Pelabuhan Benoa untuk logistik. Hal ini akan menjadi kendala bagi kegiatan ALFI.

Sebab, pengiriman barang lewat laut pun akan sangat terbatas. “Kami ingin curhat apa yang bisa dilakukan. Karena ekspor ini melibatkan tenaga kerja begitu banyak dan termasuk memperbaiki struktur urbanisasi kita,” katanya.

Selain ekspor barang kerajinan, buah maupun ikan, dari 150 anggota ALFI itu ada juga yang mengekspor lobster hidup hingga bibit ikan. “Ada ekspor ikan tuna, lobster hidup, bibit ikan nener. Bisnis yang kelihatan seperti sepele tapi volume besar. Kalau kirim lewat udara bandara juga terkendala. Sekarang penerbangan internasional tidak ada. Kecuali menggunakan transit, itu pun perlu waktu tempuh panjang dan biaya lebih juga,” tandasnya.

Baca juga:  Rabu Pagi, Gempa Kembali Guncang Karangasem

ALFI Bali sudah berdiri sekitar 25 tahun lalu. Sampai saat ini terdapat 150 anggota. “Yang diketahui pemasukan Bali kan dari pariwisata saja menyumbang di Bali. Dari ekspor padahal lumayan besar dari angka 500 juta dolar. Itu baru nilai barang yang kita kirim, belum termasuk jasa-jasa yang lainnya,” ujarnya.

Ketua Komisi III DPRD Bali, Anak Agung Ngurah Adhi Ardhana turut mengundang Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Bali, serta Dinas Perhubungan Provinsi Bali untuk menerima kedatangan ALFI Bali. Hal ini bertujuan untuk mendampingi sekiranya dapat membantu menyelesaikan persoalan yang disampaikan ALFI.

Baca juga:  Kembangkan Sektor Lain yang "Inline" Pariwisata

Dalam kesempatan itu, politisi PDIP ini menegaskan agar Disperindag betul-betul memperhatikan keluhan dari ALFI tersebut. “Agar produk asli Bali menjadi perhatian OPD ini, agar saat barang banyak bener-bener diperhatikan. Jangan sampai barang banyak namun harga tetap lesu. Harapannya contoh sederhana salak, saat ini panen jatuh harganya sampai Rp 2 ribu. Ya saya tahu kondisi pandemi, dulu hotel banyak buka juga harganya Rp 2 ribu,” tandasnya.

Baca juga:  Dua Tahun Vakum, "Mebuug-buugan" di Kedonganan Digelar

Adhi juga menambahkan, agar SKPD terkait tahu apa yang seharusnya dilakukan agar tidak terkesan cuci tangan begitu saja. “Apa yang dilakukan supaya hal ini tidak terjadi. Minimal pemerintah ada di tengah masyarakat. Sekarang logistik Kapal Meratus tidak bersandar yang rencana dicabut di Benoa. Apa yang harus dilakukan? Agar bisa menunjukkan kepada masyarakat bahwa kita tidak diam,” tegasnya.

Meskipun saat ini anggaran kecil, ia menyarankan agar lebih mengoptimalkan dengan koordinasi melalui handphone. “Walaupun anggaran kita kecil tapi telepon masih bisa berjalan. Sebatas usul aturan agar keluar juga bisa. Hasil kegiatan ini dalam outline rapat dari hasil ini kita akan lakukan koordinasi,” sambungnya. (Winatha/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *