Penari Seblang sedang menari dalam ritual yang digelar Minggu (26/8) malam. (BP/udi)

BANYUWANGI, BALIPOST.com – Suku Using, Banyuwangi memiliki segudang tradisi unik. Tujuannya, menolak bala dan meminta berkah keselamatan desa. Seperti digelar masyarakat adat Kelurahan Bakungan, Kecamatan Glagah. Warga setempat menggelar ritual adat Seblang, Minggu (26/8) malam.

Tradisi turun temurun ini merupakan rangkaian tarian yang dibawakan wanita tua dalam kondisi trans atau kesurupan, hingga beberapa jam. Tahun ini, penari seblang dibawakan Supani (68), mulai menari Seblang sejak tahun 2014. Dia merupakan penari generasi ke-11 penari Seblang pertama, tahun 1639.

Tarian digelar mulai sore hingga tengah malam. Diiringi gamelan Jawa, dengan lantunan gending lagu-lagu kuno, penuh dengan mantra. Ritual diawali dengan selamatan bersama. Warga berkumpul di setiap depan rumah, menyiapkan tumpeng. Setelah berdoa, tumpeng disantap bersamaan.

Baca juga:  Warga Diminta Waspadai Tautan Google Form Palsu Daftar Vaksinasi

Lalu, tarian Seblang dimulai. Diawali ritual membuat penari kesurupan. Lalu, penari diarak ke arena. Dalam kondisi tak sadarkan diri, penari yang berusia lanjut itu terus menari. Ditemani, dua pawang. Ada 13 gending yang mengiringi. “Ini tradisi kuno yang dahulu mayoritas petani. Tujuannya, meminta berkah agar hasil panen melimpah dan terhindar dari mara bahaya,” kata Jumanto, tokoh adat Seblang.

Tarian sakral ini diakhiri dengan pembagian bunga dirmo. Terbuat dari tiga kuntum bunga, jepun dan kenanga. Bunga ini diyakini bisa mendatangkan kemujuran. Salah satunya, bisa mendapatkan jodoh.

Baca juga:  112 Pasutri Nikah Massal

Jumanto menambahkan tradisi Seblang pernah ditinggalkan warga sekitar tahun 1977. Karena alasan politis. Dampaknya, lurah setempat mendadak sakit. Keluarganya celaka.

Sejak itu, tradisi Seblang tak pernah ditinggalkan. “Ini memang tradisi bersih desa. Jadi, tujuannya meminta berkah. Digelar setiap tahun, tepatnya bulan purnama,” jelasnya.

Yang istimewa, tahun ini, tradisi Seblang dimainkan sepenuhnya oleh kalangan perempuan. Khususnya, pemain gamelan. Biasanya, dimainkan kaum laki-laki. Tak hanya diminati wisatawan, tradisi Seblang juga menarik para peneliti asing.

Baca juga:  Pemerintah Tanggung PPN Sewa Toko di Mal dan Pusat Perbelanjaan

Salah satunya, pemerhati budaya Jawa asal Hongaria, Agnes Serfozo. Wanita yang lama menetap di Solo, Jawa Tengah ini tertarik meneliti Seblang lantaran dianggap tradisi paling tua di Banyuwangi.

Tradisi ini warisan masyarakat Using yang agraris. “Tradisi ini luar biasa dan sampai sekarang masih dilestarikan. Hanya, saja dibutuhkan semangat agar tak terjadi pembiasan budaya,” tegas wanita yang aktif menjadi sinden wayang ini. (Budi wiriyanto/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *