Desa Jelijih Punggan mengembangkan sirup manggis untuk menyerap buah manggis yang berlimpah dan tidak diserap di pasaran. (BP/san)

TABANAN, BALIPOST.com – Manggis merupakan salah satu komoditi andalan Pupuan, Tabanan. Guna menjadikan manggis lebih memiliki nilai jual, Desa Jelijih Punggang mengolahnya menjadi sirup.

Desa ini saat panen raya bisa menghasilkan 30 ton manggis per hari. Melihat potensi ini beberapa warga pun membentuk kelompok untuk mengolah buah manggis mejadi sirup.

Tidak hanya isi buahnya, dalam pembuatan sirup ini juga mengunakan daging kulit buah manggis. Dengan adanya produk ini, petani terbantu menjual buah manggis yang tidak masuk dalam kriteria ekspor.

Salah satu kelompok yang mengembangkan sirup manggis ini adalah kelompok Gunung Sari. Ketua Kelompok, I Wayan Rudiana, Selasa (10/4) mengatakan latar belakang dibuatnya produk sirup manggis karena melihat potensi desa Jelijih Punggang sebagai penghasil manggis yang cukup besar. “Pada puncak panen yang biasanya berlangsung selama seminggu, produksi panen bisa mencapai 30 ton,” ujarnya.

Baca juga:  Bali Alami Lonjakan Positif COVID-19, Hampir 100 Persen

Dari jumlah yang besar ini, tidak semua buah manggis masuk dalam kriteria ekspor. Buah yang tidak masuk kriteria ekspor, dijual di pasar lokal dan tidak semuanya laku.

Guna membantu petani, kelompok Gunung Sari membeli buah-buah yang tidak terserap ekspor maupun pasar lokal itu. Lanjut Rudiana, pembuatan jus manggis dilakukan sejak 2013. Pihaknya sudah mendapatkan kajian kandungan dan manfaat sirup dari Universitas Udayana, sertifikat dari Dinkes dan BPOM.

Baca juga:  Bali United dan PSM Bakal Saling Serang

Menurut Rudia, sirup manggis produksi Gunung Sari mengandung antioksidan dan vitamin C yang baik untuk kesehatan. Tantangan dari produk sirup manggis saat ini adalah keterbatasan bahan baku. Diakui Rudiana jika dulu bahan baku tidak masalah karena selalu ada panen yang berlimpah untuk buah manggis.

Namun, dalam dua tahun terakhir, akibat cuaca ekstrem, buah manggis yang dihasilkan sangat terbatas. Saat ini saja dalam sebulan, kelompok Gunung Sari hanya bisa mendapatkan 120 kilogram buah manggis. Padahal dalam membuat sirup, pihaknya memiliki 200 penampungan yang totalnya bisa menampung 4-5 ton buah manggis.

Baca juga:  Dibanding Sebelum Pandemi COVID-19, Harga Manggis Ekspor Jauh Lebih Rendah

Pemasaran sirup manggis dengan nama Jelijih Mangosteen Syrup ini awalnya ditawarkan dari pintu ke pintu dan sudah meluas hingga ke Gianyar. Namun sejak 2017, pemasaran diserahkan melalui Bumdes dan Bumda. Diharapkan, lewat Bumdes dan Bumda, pemasaran bisa menjangkau pasar modern. (Wira Sanjiwani/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *