Presiden Joko Widodo menyematkan Satya Lencana pada Mulyaharta. (BP/ist)
DENPASAR, BALIPOST.com – 14 warga Bali mendapatkan penghargaan Satya Lencana Kebaktian Sosial sebagai Pahlawan Kemanusiaan dari Presiden Jokowi pada 17 Desember di Istana Bogor. Penghargaan diberikan karena mereka melakukan donor darah lebih dari 100 kali.

“Tiang (saya, red) salah satu penerima penghargaan yang mewakili Bali menerima satya lencana langsung dari RI 1,” kata Drs. Ngurah Agung Mulyahartha, salah satu keturunan dari Puri Agung Pacekan Jembrana, Negara, Senin (25/12).

Keempat belas orang tersebut selain dirinya adalah, I Made Yasa, SH, Nyoman Sudarma, Drs Ida Bagus Udiana, I Gede Sudarta, Ir Gede Suarta, Msi, I Wayan Gde Arditha, dr I Gede Parwata Yasa, Sp.OG., I Wayan Wangi Suardana, Ir I Ketut Agus Wiratha, Dwipa Kassumeidi, A.M.d., I Wayan Bagiada, Fatchurozak, dan I Made Supriyana.

Baca juga:  Pengungsi Bencana Gunung Agung, Sejumlah BUMN Mulai Persiapkan Bantuan Jangka Panjang

Rombongan dari Bali tiba di Jakarta dan berkumpul dengan peserta lainnya dari 22 Provinsi yang berjumlah 897 orang. Ratusan orang penerima satya lencana ini terpilih dari masing-masing Provinsi sebanyak 22 orang. Selain mendapatkan satya lencana, para pendonor 100 kali juga mendapatkan cincin emas berlogo PMI.

Dalam sambutannya, Presiden Jokowi mengatakan penerima satya lencana kebaktian sosial layak disebut sebagai Pahlawan Kemanusiaan. Karena dalam kurun waktu 25 sampai 30 tahun, waktu yang tidak singkat mampu mendonor sebanyak 100 kali bahkan lebih. Angka tersebut setara dengan kurang lebih 35.000 CC darah yang dapat menyelamatkan 150 orang.

Baca juga:  Presiden ke Bali, Ini Agendanya

Mulyaharta sendiri sampai hari ini telah 119 kali melakukan donor darah, sejak usianya 18 tahun. Di usia yang masih muda waktu itu, Mulyahartha terketuk hatinya untuk berbagi. “Dengan berbagi salah satu bagian tubuh manusia, dapat menyelamatkan nyawa seseorang. Tidak melihat suku, agama dan ras,” ujarnya.

Donor darah menurutnya merupakan salah satu ajaran agama yaitu beryadnya. Mendonorkan darah merupakan kegiatan amal, di samping juga badan menjadi lebih bugar. “Setelah donor, tidak pernah sakit. Malah kalau ada indikasi penyakit akan diberikan pengobatan oleh PMI,” tandasnya.

Baca juga:  COVID-19, Ini Kebijakan Sejumlah Perguruan Tinggi di Bali

Mulyahartha sangat terharu ketika darahnya dapat menyelamatkan manusia dalam keadaan kritis. Hal itu merupakan kesan tersendiri baginya. Walaupun nantinya ia meninggal, ia akan merasa senang karena darahnya selalu hidup pada tubuha manusia lain yang menerima darahnya. “Bahkan kita punya slogan Simatupang, siang malam siap dipanggil PMI buat donor,” katanya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *