Ilustrasi. (BP/Istimewa)
DENPASAR, BALIPOST.com – Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke dewasa. Pada masa ini, remaja akan mengalami berbagai dinamika kehidupan yang sering kali menimbulkan tekanan psikologis yang bisa berujung pada stres.

Dikutip dari klikdokter.com, berdasarkan eksperimen terhadap hewan percobaan, stres di masa remaja memicu reaksi yang lebih lama. Jika tidak ditangani dengan benar, maka remaja dapat terjerat stres yang menghambat aktivitas dan tumbuh kembang mereka.

Baca juga:  Pemasok Barang dari Luar Desa ke Pasar Tradisional Wajib Bawa Hasil Rapid Test

Beberapa perubahan perilaku remaja yang mengalami stres perlu diwaspadai. Misalnya, ia tidak mau terlibat dalam kegiatan bersama temannya, lebih cemas dari biasanya, dan tidur lebih sedikit atau lebih banyak dari biasanya. Selain itu, mereka mulai mengonsumsi produk berkafein lebih banyak dan berperilaku lebih agresif.

Selain perubahan perilaku yang nyata terlihat, seseorang dengan gangguan stres juga akan mengalami perubahan emosi seperti lebih cepat marah, mudah merasa sedih, lebih sulit untuk bersantai, dan emosinya fluktuatif.
Di samping itu, seseorang yang sedang stres juga akan mengalami perubahan fisik. Mulai dari merasa lemas, tidak merasa lapar, berat badan menurun, dan sering merasa panik.

Baca juga:  Denpasar Kembali Catatkan Tambahan Korban Jiwa COVID-19, Kasus Harian Juga Melonjak

Mengenali gejala stres pada remaja sedini mungkin akan sangat membantu teratasinya masalah tersebut. Jangan biarkan tingkat stres mengganggu kehidupan serta merusak masa depan mereka. (Goes Arya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *