
NEGARA, BALIPOST.com – Lantai dasar Pasar Umum Negara kembali kebanjiran saat hujan deras mengguyur Jembrana, Sabtu (14/6) sore. Padahal, pasar ini belum genap setahun rampung direvitalisasi.
Pasar Umum Negara merupakan salah satu revitalisasi Pasar terbesar di Jembrana dengan anggaran Rp 143,5 miliar dari APBN 2023–2024. Proses pembangunannya dimulai sejak peletakan batu pertama pada September 2023 dan rampung Agustus 2024
Air menggenang di dalam gedung hingga ke area los dan kios yang tertutup tersebut. Terutama di sisi timur dan selatan gedung utama pasar.
Genangan tersebut mengganggu aktivitas jual beli dan menimbulkan keresahan para pedagang yang berjualan di kios.
Pasalnya, kejadian banjir ini merupakan yang kesekian kalinya terjadi. Dalam setahun sudah dua kali terjadi banjir di dalam areal gedung pasar.
Dalah seorang pedagang, ketika banjir muncul pada malam hari, dan tidak ada yang berjaga, khawatir dagangan rusak. “ini yang kedua kalinya. Banjir juga terjadi pada November lalu. Setelah kami pindah ke sini,” katanya.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana langsung bergerak ke lokasi dan mengerahkan sejumlah mesin penyedot air guna mengurangi genangan. Sementara para pedagang bersiap-siap memindahkan barang dagangan mereka.
Kepala Pelaksana BPBD Jembrana, I Putu Agus Artana Putra mengatakan banjir bersumber dari saluran pembuangan air. Diduga penyebab utama genangan adalah saluran air yang kecil atau mengalami penyumbatan.
Sejatinya sudah pernah diperbaiki pada November lalu saat kejadian banjir. Namun, sekarang muncul kembali. “Kita turunkan tim untuk menyedot air, untuk upaya awal,” terang Artana.
Guna mengatasi persoalan ini secara menyeluruh, pihak BPBD telah berkoordinasi dengan pengelola pasar serta Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman (PUPRPKP) Jembrana.
Meski telah ditempati oleh pedagang, Pasar Umum Negara yang dibangun dari dana pusat ini masih tahap pemeliharaan dari pelaksana proyek. Dinas PUPRPKP akan menyampaikan hal ini ke pihak pelaksana, sehingga tidak terulang lagi. (Surya Dharma/balipost)