Foto dokumen umat Hindu yang berasal dari berbagai daerah di Bali berdatangan memadati Puta Luhur Tanah Lot untuk sembahyang dalam rangka Pujawali. (BP/dok)

TABANAN, BALIPOST.com – Pujawali di Pura Luhur Tanah Lot, Kediri, Tabanan, berlangsung, Budha Wage Langkir, Rabu (9/1) dan nyejer hingga Sabtu (12/1) mendatang.

Umat Hindu dari berbagai daerah di Bali tampak berdatangan memadati Pura di tengah laut itu. Piodalan di Tanah Lot ini juga bersamaan dengan Pura Batu Bolong dan Pura Penataran di kawasan DTW Tanah Lot.

Manajer DTW Tanah Lot Ketut Toya Adnyana, Rabu (9/1) mengatakan, Pura Tanah Lot termasuk dalam pura status Dhang Kahyangan.

Dipura tersebut, Dang Hyang Nirartha bermeditasi menyatukan energi gunung dan lautan (Lingga Yoni) sehingga terjadi kehidupan di muka bumi.

Ketika hendak meninggalkan tempat itu Dang Hyang Nirartha meminta masyarakat setempat untuk mendirikan bangunan suci untuk memuliakan Dewa Lautan dan Dewa Gunung (Nyegara Gunung). Dan dititahkan pujawalinya setiap 210 hari sekali yakni saat Budha Wage Langkir.

Baca juga:  Pj. Gubernur Mahendra Jaya Lantik 3 Direktur RS dan 1 Kadis

‘’Menurut pihak pengempon, Pujawali sekarang ini termasuk Pujawali Jelih. Upacara dipuput oleh dua Sulinggih yakni Ida Pedanda dari Griya Pasekan Tabanan dan Ida Pedanda dari Griya Menesa Kediri. Turut hadir dalam prosesi dari Puri Tabanan Ida Cokorda Anglurah Tabanan, Puri Kediri, serta Pengempon Pura Luhur Tanah Lot. Dikarenakan pujawali jelih, persiapan pujawali sudah dimulai dari sebelum Hari Raya Kuningan,’’ jelas Toya.

Toya Adnyana menambahkan upacara piodalan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Karena itu, banyak yang menunggu upacara ini sekaligus menikmati pemandangan di kawasan DTW Tanah Lot.

Baca juga:  Pipa Air di Jembatan Banjar Anyar Putus Diterjang Banjir

‘’Iring-iringan pemedek menambah keindahan DTW Tanah Lot. Tak jarang, wisatawan berburu mengabadikan momen langka tersebut. Menjelang sore, arus wisatawan semakin bertambah. Mereka ikut berbaur di bibir pantai bersama pemedek,’’ ujarnya.

Bahkan lanjut Toya ada wisatawan yang rela menunggu seharian untuk bisa mengabadikan moment yang paling digemari wisatawan asing ini.

Kedatangan pemedek dalam rangka pujawali biasanya mulai banyak datang sekitar pukul 04.00 – 06.00 pagi hari karena saat itu air laut sedang surut-surutnya. Kegiatan biasanya mencapai puncak keramaian saat sore sampai malam hari.

Untuk membantu kelancaran proses berjalannya pujawali, lanjut Toya pihaknya mendapatkan bantuan dari teruna teruni Desa Pekraman Beraban. Mereka ngaturang ayah secara bergilir dari sebelum Hari Raya Kuningan sampai nanti mesineb tanggal 12 Januari 2019.

Baca juga:  Wuling Hadirkan Alvez di Bali, Gelar Pameran 3 Hari

‘’Jadi dari masing-masing banjar adat di Desa Pekraman Beraban, secara bergiliran sekaa teruna teruninya ngaturang ayah di Pura Luhur Tanah Lot. Biasanya mereka secara bergilir dari pagi sampai malam hari”, jelasnya.

Untuk keamanan  saat air laut sedang pasang, pihak panitia akan memasang tali sepanjang area beji fungsinya untuk membantu pemedek yang akan bersembahyang ataupun yang akan mepamit selesai bersembahyang.  Pihak manahemen juga menyiapkan rubber boat untuk antisipasi. (wira sanjiwani/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *