Gusti Ngurah Ariasa. (BP/istimewa)

GIANYAR, BALIPOST.com – Pemandangan tidak lazim menyelimuti Bali dan pariwisata Gianyar di penghujung Desember 2025 ini. Musim yang seharusnya menjadi masa high season dengan sorak-sorai wisatawan, justru terasa lengang. Guyuran hujan tanpa henti seolah menjadi simbol kelesuan ekonomi Pulau Dewata akibat merosotnya angka kunjungan wisatawan mancanegara pada periode Natal dan Tahun Baru (Nataru).

Menanggapi fenomena ini, Anggota DPRD Kabupaten Gianyar dari Fraksi Golkar, I Gusti Ngurah Ariasa, Selasa (23/12), menyoroti, beberapa faktor krusial yang dianggap sebagai pemicu utama sepinya kunjungan, mulai dari faktor alam hingga dampak destruktif dari aktivitas di media sosial.

Baca juga:  Longsor, ATM dan Pos Satpam Terperosok

Ngurah Ariasa menekankan bahwa penyebaran konten negatif di media sosial memiliki pengaruh yang sangat besar dalam membentuk persepsi calon wisatawan. Menurutnya, unggahan yang terlalu mengekspos sisi buruk daerah secara berlebihan dapat menjadi promosi negatif yang merugikan Bali secara keseluruhan.

“Sebagai orang lokal, jangan terlalu menjelek-jelekkan pemerintah atau keadaan di media sosial. Itu akan menjadi bumerang bagi kita semua, narasi bahwa Bali sedang tidak baik-baik saja’ justru menakuti wisatawan,” tegas Ariasa yang juga pelaku pariwisata dari Ubud ini.

Baca juga:  Dongkrak Wisman, BRI Hadirkan Pembayaran Online untuk e-Visa

Selain faktor digital, kondisi alam juga tidak berpihak. Meski bencana seperti banjir lebih banyak terjadi di wilayah selatan, Ariasa menilai dampaknya terasa hingga ke Ubud dan wilayah Gianyar lainnya. Masalah sampah yang belum tuntas juga memperburuk citra destinasi di mata dunia.

“Alam sudah dikalahkan dengan banjir, biarpun itu terjadi di wilayah selatan, tetapi yang terkena dampaknya adalah nama baik Bali secara keseluruhan,” tambahnya.

Politisi Golkar ini juga menyoroti peran pendatang yang terkadang membuat kegaduhan atau masalah di Bali. Perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan adat dan ketertiban umum ini, jika viral di media sosial, akan memperkuat kesan bahwa Bali bukan lagi tempat yang nyaman untuk berlibur.

Baca juga:  Human Capital Kunci Atasi Kemiskinan dan Kesetaraaan

Kelesuan ini menjadi peringatan keras bagi seluruh pemangku kepentingan. Ngurah Ariasa mengajak masyarakat untuk lebih bijak dalam bermedia sosial dan bersama-sama menjaga kebersihan serta keamanan lingkungan. Ia berharap ada sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan pelaku pariwisata untuk memulihkan kepercayaan dunia internasional agar pariwisata Bali kembali bergeliat pasca-hujan mereda.(Wirnaya/balipost)

 

BAGIKAN