Putu Agus Suradnyana. (BP/yud)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Mantan Bupati Buleleng dua periode 2012–2022, Putu Agus Suradnyana (PAS), menyoroti perlunya pembenahan menyeluruh sektor pariwisata Buleleng, mulai dari arah investasi, infrastruktur dasar, hingga kebijakan tata ruang. Menurutnya, pengembangan pariwisata ke depan harus diarahkan agar lebih berkelanjutan, ramah lingkungan, dan berpihak pada masyarakat lokal.

Pandangan tersebut disampaikan PAS saat menghadiri refleksi akhir tahun 2025 yang dirangkaikan dengan penerimaan penghargaan sebagai pembayar pajak terbanyak, Kamis (18/12).

Dalam kesempatan itu, PAS mengaku setelah tidak lagi menjabat sebagai kepala daerah dan kembali terjun langsung ke dunia usaha pariwisata, justru melihat potensi Buleleng semakin besar dan strategis.

Ia menilai, sektor pariwisata saat ini membutuhkan investasi yang tertata dengan arah kebijakan yang jelas. Tanpa perencanaan matang, pengembangan pariwisata dikhawatirkan tidak optimal dan berpotensi menimbulkan persoalan lingkungan maupun sosial.

“Pariwisata investasi kalau teman-teman sekarang paham, ini perlu. Saya akan sampaikan nanti pada saat momen tertentu, saya akan ketemu sama Pak Bupati,” ujarnya.

Baca juga:  Pelatih Timnas Soroti Pentingnya Nutrisi Untuk Pemain Selama Ramadhan

Dalam pandangan PAS, pembenahan pariwisata Buleleng perlu diawali dari langkah-langkah jangka pendek yang realistis. Salah satunya adalah penataan akses dan lalu lintas yang selama ini kerap menjadi keluhan wisatawan, khususnya di jalur Denpasar–Singaraja yang masih didominasi kendaraan logistik.

“Saya nanti minta pada Pak Bupati untuk mengusulkan truk itu yang dari Denpasar ke Singaraja untuk malam hari saja,” kata PAS.

Di tengah fluktuasi pariwisata Bali, PAS melihat tren global justru bergerak ke arah wisata berbasis lingkungan. Kondisi tersebut dinilai menjadi peluang besar bagi Buleleng yang memiliki kekuatan alam laut dan pegunungan.

Ia menyebut potensi kelautan Buleleng sangat besar namun belum dikelola secara optimal. Karena itu, PAS mendorong agar wilayah laut 12 mil yang saat ini berada di bawah kewenangan provinsi dapat dimohonkan pengelolaannya oleh Kabupaten Buleleng.

“Dua belas mil yang sekarang dipegang oleh provinsi, kalau bisa dimohon oleh Kabupaten Buleleng, biar Buleleng yang mengelola. Karena kita punya diving yang luar biasa, terumbu karang semua merata,” ucapnya.

Baca juga:  Hanura Gianyar Lirik Dukungan ke Paket Aman

Selain potensi laut, kawasan pegunungan Buleleng juga dinilai perlu mendapatkan perlindungan serius melalui kebijakan tata ruang yang ketat. PAS menekankan agar Koefisien Dasar Bangunan (KDB) di Buleleng tidak disamakan dengan daerah lain di Bali. Ia mengusulkan KDB di kisaran 15 hingga 20 persen sebagai upaya menjaga kelestarian lingkungan.

Sebelum berbicara mengenai pembangunan bandara, PAS mengingatkan pentingnya pembenahan infrastruktur dasar. Untuk jangka menengah, ia menilai pengembangan pelabuhan kapal pesiar menjadi salah satu kunci peningkatan kunjungan wisatawan ke Buleleng.

Menurutnya, potensi kedatangan kapal pesiar sebenarnya sangat besar, namun masih terkendala keterbatasan fasilitas pelabuhan. “Masalahnya pelabuhannya diperpanjang dek-nya. Itu saja dulu, tidak terlalu banyak dananya,” ujarnya.

Dalam aspek tata ruang pertanian, PAS mendorong adanya fleksibilitas kebijakan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). Ia mengusulkan sekitar 10 persen lahan dapat dimanfaatkan untuk akomodasi atau aktivitas wisata berbasis pertanian tanpa menghilangkan fungsi utama lahan.

Ia menilai regulasi yang terlalu kaku justru berpotensi memicu pelanggaran di lapangan. Fenomena vila-vila di area persawahan, menurutnya, kini semakin marak dan banyak dikelola oleh generasi muda lokal sehingga perlu diatur melalui regulasi yang jelas.

Baca juga:  Expo 2020 Dubai Buka Peluang Investasi Infrastruktur di Indonesia

“Banyak vila di sawah-sawah, lagi ramai sekarang. Setiap berusaha harus mengajak orang lokal, diedukasi, diberikan pendidikan untuk bekerja, sehingga mereka juga menjadi tulang punggung,” katanya.

Menanggapi sejumlah usulan tersebut, Bupati Buleleng dr. I Nyoman Sutjidra menyatakan sepakat terhadap pemanfaatan sebagian LP2B untuk kepentingan pariwisata, dengan catatan tetap berbasis pertanian dan tidak dialihfungsikan menjadi kawasan hunian.

“Kalau agrowisata, seperti wisata petik anggur, petik durian, petik rambutan, petik mangga, silakan. Tetapi untuk kawasan hunian, itu tidak boleh,” tegasnya.

Sutjidra menambahkan, pengembangan pariwisata Buleleng ke depan akan diawali dengan revitalisasi kawasan wisata Lovina. Penataan kawasan tersebut akan dijadikan model sebelum diterapkan pada destinasi wisata lainnya di Buleleng.

“Sekarang ini merevitalisasi Lovina. Selanjutnya nanti di wilayah barat dan daerah lain, sehingga DTW-nya betul-betul berkualitas,” ujarnya. (Yudha/balipost)

 

BAGIKAN