
DENPASAR, BALIPOST.com – Sistem pengolahan sampah di TPS 3R dinilai sangat bagus, bahkan tidak ada bau ditimbulkan. Hal tersebut karena sampah diangkut setiap hari dan langsung diolah. Namun, demikian kapasitas pengolahan sampah di TPS3R masih terbatas.
Seperti halnya di TPS 3R Sekar Tanjung Sanur Kauh. Ketua KSM TPS3R Sekar Tanjung, Sila Dharma saat ditemui, Kamis (11/12), mengatakan, TPS 3R ini sudah beroperasi sejak 22 Desember 2017. Sampah diambil di wilayah Sanur Kauh dan beberapa di Kelurahan Sanur yang terdiri dari 10 banjar, 2 desa adat, serta beberapa hotel dan pelaku usaha.
Total baru bisa melayani itu 2 ribuan pelanggan yang terdiri dari rumah tangga dan beberapa hotel, kafe, hingga restoran. “Sampah diambil sampah setiap hari mulai jam 06.00 sampai jam 17.00,” jelasnya.
Dalam pengolahan sampah di TPS 3R Sekar Tanjung, sisa makanan telah dibawa ke ternak babi sehingga tidak menimbulkan bau. Demikian untuk organik kering diolah menjadi kompos. Sementara sampah anorganik dikumpulkan untuk diberikan kepada pengepul dan untuk residu dibuang ke TPA Suwung.
Dalam sehari, kurang lebih sampah yang masuk di TPS 3R sejumlah 6 sampai 8 ton. Diakuinya, masyarakat Sanur Kauh sudah memilah sampah dari sumbernya, namun belum maksimal, sehingga ada residu yang tersisa.
Untuk operasional TPS 3R ini, terdapat pekerja yang terdiri dari 8 orang driver, 3 orang di bagian composting dan 2 orang di pemilah daur ulang bersih. Tarif untuk pengelolaan sampah yang ditarik ke masyarakat pun masih terjangkau.
“Kita pakai per desk, kalau rumah tangga itu Rp50 ribu per bulan. Kalau usaha tergantung volume sampah mereka dari Rp100 ribu sampai Rp4,5 juta per bulan. Kayak hotel kan bisa mereka ada yang Rp700 ribu, ada yang Rp1 juta, ada yang Rp4 juta, tergantung volume sampah,” terangnya.
Sila mengakui, hingga kini belum ada arahan untuk membuang sampah residu dimana saat TPA Suwung tutup. Residu yang dihasilkan TPS 3R Sekar Tanjung sejumlah 50 persen dari total sampah yang dikelola. Sebab pemilahan sampah masih belum sempurna, meskipun sudah terpilah dari warga. Kekhawatiran saat TPA Suwung ditutup juga yakni pengangkut sampah swasta yang berhenti beroperasi.
Penutupan TPA Suwung ini kemungkinan akan membuat pelanggan sampah swasta akan beralih ke TPS 3R. Namun, Sila mengatakan akan selektif menerima pelanggan baru, karena kapasitas TPS3R Sekar Tanjung tidak dapat terus bertambah, karena tempat dan sarana-prasarana juga terbatas.
Hal serupa terjadi di TPS 3R Kesiman Kertalangu, Denpasar. Perbekel Desa Kesiman Kertalangu, I Made Suena mengatakan, dari 15 ton sampah yang masuk, 7 ton adalah sampah organik. Sampah organik tersebut baru bisa diolah 4 ton per hari dan sisanya dilanjutkan pada hari berikutnya.
Suena mengatakan, ada kendala di SDM yang tidak banyak orang mau bekerja di pengolahan sampah. Demikian dikatakannya, permintaan akan pengolahan sampah serta hasil olahan seperti media tanam cukup tinggi. Namun pihaknya belum bisa memenuhi permintaan tersebut. “Permintaan media tanam mencapai sedikitnya 1000 zak, sementara kapasitas produksi masih stagnan di angka 300 zak per bulan,” terangnya. (Widi Astuti/bisnisbali)










