Dosen Universitas PGRI Mahadewa Indonesia (UPMI) Bali Prof. Dr. Drs. I Nyoman Suwija, H.Hum. saat melakukan program pengabdian masyarakat pada Sanggar Tari Jata Winangun, di Desa Sobangan, Mengwi, Badung. (BP/Istimewa)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Dosen Universitas PGRI Mahadewa Indonesia (UPMI) Bali Prof. Dr. Drs. I Nyoman Suwija, H.Hum. bersama Dr. Ni Made Pira Erawati, S.Pd., M.Sn., dan I Wayan Sugama, S.Sn, M.Sn. bersama tiga orang mahasiswanya sukses melakukan program pengabdian masyarakat pada Sanggar Tari Jata Winangun, di Desa Sobangan, Mengwi, Badung.

Programnya dikenal pro rakyat karena mengangkat seni tradisi yakni “Inovasi Seni Tari Wali pada Sanggar Tari Jata Winangun” di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.

Ketua tim Pelaksana, Prof. I Nyoman Suwija menjelaskan program ini memenangkan dana dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Dirjen Riset dan Pengembangan Kemendikti Sains dan Teknologi RI. Program inovasi seni ini bertujuan untuk turut ambil bagian dalam upaya melestarikan tari wali (sakral) yaitu Tari Rejang dan Baris Gede.

Baca juga:  Empat Pebulu Tangkis Dibiayai Ikut Sirnas

Juga mengembangkan potensi para penari muda untuk berperan aktif dan terlibat dalam upaya pelestarian dan pengembangan seni tari wali di Desa Sobangan.

Sanggar Tari Jata Winangun dipilih sebagai mitra sasaran, menurut Prof. Suwija, karena merupakan salah satu sanggar seni tari yang memiliki SK resmi dari Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung. Sanggar tersebut masih eksis sampai saat ini dan sering ngayah menari pada kegiatan keagamaan di pura-pura dan juga di rumah penduduk.

Selain itu, sanggar juga melestarikan seni tari wali (tari sakral) di Desa Sobangan dan mengembangkan potensi para penari muda untuk turut ambil bagian dan terlibat dalam upaya pelestarian dan pengembangan seni tari wali.

Baca juga:  Sisi Lain PKB 2024, Anggaran Dipangkas dan Penghargaan Seniman Dinilai Belum Transparan

Suwija mengatakan permasalahan yang dihadapi Sanggar Tari Jata Winangun, antara lain minat generasi muda untuk mengikuti les menari, minimnya peralatan yang dimiliki, kurangnya kemampuan meningkatkan produktivitas tarian, serta lemahnya pemasaran pentas menari ke luar desa.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, solusi melakukan sentuhan inovasi melalui kegiatan sosialisasi dan pelatihan seni tradisi (menari tari wali) untuk generasi muda berbasis nilai-nilai budaya. Revitalisasi pertunjukan seni berbasis komunitas sebagai agenda tahunan atau event lokal.

Sosialisasi seni wali kreasi, dilanjutkan dengan pelatihan dan pendampingan yang efektif sehingga tercipta produk seni wali yang berkualitas.

Metode pelaksanaan PISN pada Sanggar Tari Jata Winangun meliputi kegiatan sosialisasi (penyuluhan), pelatihan, penerapan teknologi, pendampingan, evaluasi, dan keberlanjutan progam. Suwija mengungkapkan setelah sosialisasi serta dua kali pelatihan dan pendampingan tim dosen UPMI Bali, para peserta pelatihan sudah bagus dengan berbagai inovasi terhadap gerakan tari wali yang diberikan dengan cepat dapat diaktualisasikan oleh para penari.

Baca juga:  Produk Tembakau Alternatif Mulai Banyak Beredar di Indonesia, Penelitian Soal Ini Masih Minim

Para penari siap untuk mengikuti gladi pada Minggu, 30 November dan pentas di Pura Anyar Sobangan pada Rabu, 3 Desember 2025.

I Ketut Suardita, S.Sn. sebagai pimpinan sanggar berterima kasih anak-anak binaannya mendapat sentuhan pembinaan, dilatih dan diberikan peluang pentas agar lebih kreatif dan inovatif. ‘’Sekarang saya tidak lagi pesimis soal minat anak muda Bali menggeluti seni tari Bali dan punahnya tarian tradisi Bali,’’ tegasnya. (Adv/balipost)

BAGIKAN