Tari Rejang Jerimpen ditampilkan saat pelaksanaan piodalan di Pura Batur, Bangli. (BP/Dok Putra Sesana Ubud Kelod)

DENPASAR, BALIPOST.com – Tari Rejang Jerimpen adalah salah satu varian dari tari Rejang yang disakralkan dalam tradisi Bali.

Dikenal sebagai tarian wali atau tarian untuk upacara, Rejang Jerimpen memiliki ciri khas unik, terutama dari segi properti dan nilai simbolik yang kuat.

Berikut ini lima fakta menarik mengenai Tari Rejang Jerimpen:

1. Berakar dari Konsep Asta Aiswarya

Tarian ini mengusung konsep Asta Aiswarya, delapan manifestasi kekuatan ilahi yang menjadi dasar spiritual dalam upacara Hindu di Bali. Setiap penari memerankan satu aspek dari kekuatan tersebut, menjadikan pertunjukan ini bukan sekadar estetika, tetapi juga penuh makna religius.

Baca juga:  Pengungsi Gunung Agung di Desa Bajera Butuh Bantuan Logistik

2. Penarinya Perempuan yang Masih Suci

Seperti jenis Rejang lainnya, Rejang Jerimpen umumnya dibawakan oleh perempuan muda yang belum menikah, sebagai simbol kemurnian. Para penari ini dipilih dari krama desa yang memiliki garis keturunan tertentu, yang dipercaya mampu menyalurkan kekuatan sakral dalam upacara.

3. Menggunakan Busana Jerimpen Khas

Sesuai namanya, penari mengenakan busana khas bernama ‘jerimpen’, yaitu kain putih yang dililitkan sederhana, tidak banyak ornamen emas seperti tari-tari wali lainnya. Kesederhanaan ini justru menjadi lambang kesucian dan kerendahan hati di hadapan Dewa.

Baca juga:  Desa Adat Kedisan Lestarikan Tari Sakral

4. Hanya Ditarikan dalam Upacara Tertentu

Rejang Jerimpen tidak dipentaskan sembarangan. Tarian ini hanya muncul dalam upacara Dewa Yadnya di pura tertentu, dan biasanya hanya di desa-desa yang memang memiliki tradisi ini secara turun-temurun. Misalnya, Desa Pakraman tertentu di Bali Timur dan Tengah.

5. Irama Musik yang Mengikuti Taksu

Musik pengiring tari ini tidak selalu tetap, tetapi menyesuaikan dengan ‘taksu’ atau energi spiritual saat upacara berlangsung. Inilah yang membuat penampilannya terasa sangat dinamis dan menyatu dengan suasana ritual. (Pande Paron/balipost)

Baca juga:  Unik, Tradisi di Trunyan Ini Dipercaya Sembuhkan Penyakit
BAGIKAN