Kondisi TPA Mandung di kecamatan Kerambitan Tabanan. (BP/bit)

TABANAN, BALIPOST.com – Persoalan sampah kembali menjadi sorotan Komisi II DPRD Tabanan. Komisi yang membidangi urusan pembangunan ini menilai, penanganan sampah di Tabanan harus segera beralih dari sekadar pengelolaan menjadi pengolahan yang menghasilkan produk bernilai guna.

Ketua Komisi II DPRD Tabanan, I Wayan Lara, menegaskan, perlunya pengadaan mesin pengolahan sampah agar persoalan yang menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Mandung tidak terus berulang. “Kami ingin harus ada mesin pengolahan,” tegas Lara, Senin (3/11).

Menurutnya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tabanan telah menyiapkan anggaran sekitar Rp29 miliar di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) tahun ini. Sebagian dana itu direncanakan untuk perluasan lahan sekaligus pembangunan fasilitas baru di TPA Mandung.

Baca juga:  Sampah Kiriman Menumpuk di Eks Pelabuhan Buleleng

“Ada pengadaan lahan. Laporan dari DLH, mereka memperluas dulu dan membangun tempat untuk menaruh mesin,” jelasnya.

Lara menilai, perluasan lahan TPA tanpa diikuti upaya pengolahan hanya akan menunda persoalan. Karena itu, residu sampah yang masuk ke TPA seharusnya diolah agar dapat didaur ulang menjadi produk seperti batako atau kompos. “Kalau hanya dikelola, itu artinya cuma dipindah dari satu tempat ke tempat lain. Lama-lama akan penuh lagi. Jadi harus diolah,” ujarnya.

Baca juga:  Pascabanjir di By Pass Ngurah Rai Jimbaran, Sampah Penuhi Permukaan Sungai

Politisi asal Kecamatan Kerambitan itu juga menegaskan, Pemkab Tabanan sudah memiliki arah perencanaan yang jelas terkait penggunaan anggaran Rp29 miliar tersebut. Saat ini, rencana pengadaan lahan baru masih dalam tahap kajian nilai atau appraisal.

“Residu sampah itu harus bisa diolah. Kalau ditimbun lagi, nanti jadi masalah lagi. Perlu tempat baru, perlu biaya lagi,” kata Lara.

Ia menambahkan, tanpa perubahan pola dari pengelolaan ke pengolahan, masalah sampah tidak akan pernah tuntas. “Hanya menunda waktu saja. Tidak sampai sepuluh tahun, bahkan lima tahun lagi masalah yang sama akan muncul,” jelasnya.

Baca juga:  Di TPS Ini, Perolehan Suara Jaya Wibaya Mencapai Seratus Persen

Sebagai contoh, Lara menyebut sejumlah daerah di Indonesia seperti Kota Surabaya sudah lebih maju dalam mengelola sampah dengan mengolahnya menjadi produk bernilai ekonomi. “Ambil contoh yang sudah ada. Tidak perlu terus perencanaan. Tiru saja. Lihat mesinnya, berapa biayanya, biar tidak berhenti di konsep,” pungkasnya. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN