I Komang Carles. (BP/Ina)

BANGLI, BALIPOST.com – Pemkab Bangli diminta untuk melanjutkan program gertak ecoenzym. Program penuangan ecoenzym di Danau Batur tersebut dinilai tak hanya bermanfaat dalam upaya perbaikan kualitas air danau, namun juga selaras dengan program pengelolaan sampah berbasis sumber yang digaungkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali.

“Saya berharap program ini dilanjutkan,” kata Wakil Ketua DPRD Bangli I Komang Carles, Rabu (22/10).

Dikatakan bahwa saat ini sekolah-sekolah di Denpasar, seperti sekolah anaknya, sudah mulai mengarahkan siswanya untuk membuat ecoenzym. Hal ini menunjukkan adanya kesadaran dan manfaat yang dapat diperoleh dari cairan fermentasi limbah organik tersebut.

Baca juga:  Pemkab Komitmen Genjot Pembinaan Bidang Atletik dan Kesenian

Menurut Carles bahwa program pembuatan ecoenzym adalah solusi efektif untuk mengolah limbah organik. Pembuatan ecoenzym dari sisa buah dan sayur ini dapat mengurangi volume sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). “Ini selaras dengan program Gubernur mengelola sampah berbasis sumber,” tegasnya.

Mengenai dampak yang sudah terlihat dari aksi penuangan ecoenzym sebelumnya di Danau Batur, Carles mengakui adanya perubahan positif. Namun demikian untuk memastikan kualitas air danau menurutnya perlu diuji secara berkala.

Baca juga:  Kasus Gigitan Anjing Positif Rabies Ditemukan Di Desa Buruan

Sebagaimana yang diketahui program gertak ecoenzym yang digagas Pemkab Bangli untuk memperbaiki kualitas air Danau Batur sejak 2023, tak lagi berlanjut. Penghentian ini dilakukan setelah dinas lingkungan hidup (DLH) Bangli mengklaim telah menuangkan sekitar 500 ton cairan ECO enzym ke dalam danau.

Kepala DLH Kabupaten Bangli Putu Ganda Wijaya dalam wawancara belum lama ini mengatakan program gertak ecoenzym tahap I dan II sudah rampung. Sedangkan untuk tahap III, Ganda mengatakan sementara belum ada rencana untuk melanjutkannya.

Baca juga:  Perpustakaan Tambah Jadwal Layanan Untuk Kurangi Pengaruh Negatif Gadget

Menurutnya jumlah ecoenzym yang dituang sudah banyak. Meski demikian ia tidak bisa memastikan perubahan kualitas air danau saat ini. “Secara kasat mata terlihat sudah bagus. Tapi untuk memastikan kualitasnya perlu pengujian. Kewenangan untuk menentukan kualitas air ada di P3E yang sekarang bernama pusdal,” katanya.

Pembuatan ecoenzym selama ini dilakukan dengan melibatkan seluruh OPD, BUMD, BUMN, sekolah, pemerintah desa, PKK dan komunitas. Kegiatan penuangan ecoenzym yang dilakukan Pemkab Bangli yang dilaksanakan Mei 2023 lalu sempat mendapat rekor Muri. (Dayu Swasrina/balipost)

 

 

BAGIKAN