
GIANYAR, BALIPOST.com – Desa Adat Suwat, Kecamatan/Kabupaten Gianyar untuk pertama kalinya menggelar Karya Agung Padudusan Ngusaba Pitara di Pura Dalem Desa Adat Suwat, pada Sabtu (4/10). Upacara ini diikuti oleh seluruh krama desa, dengan suasana khidmat dan penuh rasa syukur.
Rangkaian upacara dimeriahkan dengan iringan Gong Ide Betara Pura Kahyangan Tiga serta kehadiran petapakan atau pralingga leluhur yang turut menyaksikan jalannya karya. Hal ini menambah kesakralan upacara yang diyakini membawa vibrasi positif bagi kesejahteraan dan keharmonisan desa. Ini merupakan sejarah baru setelah puluhan tahun.
Jro Bendesa Adat Suwat, Ngakan Putu Sudibya, ST, mengungkapkan rasa syukur karena karya agung ini akhirnya bisa kembali digelar setelah sekian lama. “Ini adalah sejarah bagi kami di Desa Adat Suwat. Upacara seperti ini terakhir kali dilaksanakan sekitar 70 tahun lalu. Sudah beberapa dekade kami menunggu, dan kini dengan kerjasama seluruh krama, karya ini bisa terlaksana kembali,” ujar Jro Bendesa Adat Suwat.
Ngakan Sudibya menjelaskan, Karya Agung Padudusan Ngusaba Pitara ini akan berlangsung hingga 10 Oktober 2025, dengan puncak karya pada 9 Oktober 2025. Sejumlah ritual sakral, seperti “ Karya Ngusaba ” hingga “Siwa Guru”, menjadi bagian dari rangkaian yadnya.
Menurut Jro Bendesa, karya agung ini bukan sekadar ritual adat, tetapi sarana mempererat hubungan manusia dengan leluhur serta alam semesta. “Intinya, upacara ini diharapkan memberikan vibrasi positif kepada Desa Adat Suwat, agar semakin bersatu, berkembang, dan maju ke depan. Karya yadnya selalu memiliki makna luar biasa dalam membangun taksu, baik taksu jagat Bali maupun taksu desa,”katanya.
Pria ini menekankan pelaksanaan karya ini tidak diukur dari besar kecilnya biaya, melainkan dari ketulusan hati seluruh krama. “Yang utama adalah ketulusan dan kebersamaan. Kami ingin karya ini menjadi contoh, bahwa upacara bisa dilaksanakan dengan penuh sukacita tanpa membebani masyarakat secara berlebihan,”katanya.
Jro Bendesa Ngakan Putu Sudibya menyampaikan pesan moral agar karya ini menjadi momentum kebangkitan Desa Adat Suwat. “Harapan kami, masyarakat Desa Adat Suwat semakin bersatu, maju, sejahtera, dan tetap menjunjung nilai-nilai leluhur. Semoga taksu Desa Suwat semakin bersinar, membawa inspirasi tidak hanya bagi warga kami, tetapi juga bagi desa-desa adat lain di Bali,” harapnya.
Karya Agung Padudusan Ngusaba Pitara ini menjadi tonggak penting perjalanan spiritual Desa Adat Suwat, sekaligus bukti nyata semangat gotong royong krama dalam menjaga warisan leluhur. (Agung Yuliantara/denpost)