Pembagian MBG di salah satu sekolah di Bangli. (BP/istimewa)

 

BANGLI, BALIPOST.com – Petani di Bangli didorong untuk jeli melihat peluang pasar yang tercipta dari program Makan Bergizi Gratis (MBG). Petani diharapkan dapat menjalin kerja sama langsung dengan pengelola dapur MBG untuk memasok komoditas pertanian yang dibutuhkan.

Kepala Dinas PKP Kabupaten Bangli, I Wayan Sarma mengatakan, saat ini program MBG telah berjalan di tiga kecamatan. Program MBG pertama kali diluncurkan di Kecamatan Tembuku dengan tiga dapur umum, diikuti oleh beberapa dapur di Kecamatan Bangli dan satu di Kecamatan Susut. Sementara itu, Kecamatan Kintamani belum memiliki dapur MBG.

Baca juga:  Diduga Karena Ini, Buaya Mati Sehari Pascaditangkap di Pantai Legian

Menurut Sarma, program MBG tentunya berdampak pada peningkatan permintaan produk pertanian lokal seperti sayuran, telur, dan bumbu. Mengingat menu harian MBG mewajibkan penggunaan produk lokal. “Aturan dari pusat memang mewajibkan penggunaan produk lokal. Oleh karena itu, pasti ada dampaknya terhadap penjualan komoditas pertanian seperti sayur, bumbu, dan telur,” ujar Sarma, Selasa (23/9).

Namun demikian, jika produk yang dibutuhkan tidak tersedia atau jumlahnya tidak mencukupi, maka wajar jika pasokan diambil dari luar Bangli. Dengan adanya program ini, Sarma mengharapkan petani dapat membudidayakan komoditas yang mendukung kebutuhan program MBG dan menawarkan hasil panen mereka secara langsung kepada pengelola dapur. Hal ini akan memangkas rantai pasok dan memberikan keuntungan lebih bagi petani, sekaligus menggerakkan ekonomi desa.

Baca juga:  Kapolres Hukum “Push Up” Anggota Tidak Disiplin

“Melalui penyuluh pertanian kami selalu sampaikan agar petani melihat peluang pasar dari program ini. Silakan coba ditawarkan ke pengelola MBG agar bisa kerja sama langsung,” jelasnya.

Sarma juga mengatakan, dari sekian komoditas pertanian yang dihasilkan petani Bangli, sejauh ini belum ada serapan untuk komoditas ikan. Berdasarkan informasi yang didapatnya, belum adanya serapan ikan disebabkan pertimbangan teknis oleh pengelola MBG yang khawatir dengan banyaknya tulang pada ikan sehingga membutuhkan ketelitian ekstra. Namun demikian, Sarma berharap desa-desa yang memiliki potensi perikanan, seperti yang ada di wilayah Kaldera Batur, dapat menggunakan ikan sebagai menu sajian. (Dayu Swasrina/balipost)

Baca juga:  MPP Sewaka Dharma Dilengkapi Antrean Online

 

BAGIKAN