
DENPASAR, BALIPOST.com – Apel upacara bendera yang dipimpin tokoh Puri Pemecutan AA Ngurah Ketut Parwa mewarnai peringatan Hari Puputan Badung ke-119, Sabtu (20/9).
Wakil Wali Kota I Kadek Agus Arya Wibawa mengatakan, peringatan Hari Puputan seharusnya dirancang dengan Mahabandana yang digelar sore hari. Namun karena ada kejadian luar biasa di Denpasar, pelaksanaan apel dilaksanakan pagi hari dan dalam suasana prihatin di tengah banjir bandang yang menewaskan 12 orang dan 1 orang belum ditemukan.
“Namun Pemkot harus tetap menjaga semangat masyarakat kami di Denpasar, dengan semangat Puputan Badung ini, kami yakin Denpasar bisa bangkit dalam waktu singkat ini,” ujarnya.
Oleh karena itu, Pemkot bersama tokoh puri dan masyarakat, dengan momentum peringatan Puputan Badung yang jatuh pada 20 September ini, berupaya membangkitkan semangat kebersamaan untuk memulihkan Kota Denpasar dari dampak banjir.
Sebanyak 150 penari membawakan pagelaran Mahabandana “Mage ing Kraton” dalam peringatan Hari Puputan Badung ke-119. Rencana awal penari yang tampil berjumlah 500 orang.
Persembahan Naluri Manca ini sebagai simbol keseimbangan, tempat jiwa bertemu dan ruang dimana identitas berakar. Mageh adalah sikap kokoh, teguh, dan tidak goyah oleh gelombang perubahan zaman.
Karya ini menjadi perwujudan rasa hormat kepada tanah asal yang melahirkan kebudayaan sekaligus semangat perjuangan dalam menjaganya. Perbedaan bukan dipandang sebagai pertentangan melainkan kekuatan yang melahirkan prinsip mageh (sikap yang kuat).
Kepala Dinas Kebudayaan Denpasar Raka Purwantara mengatakan pagelaran ini ingin menyampaikan pesan agar jangan melupakan sejarah. “Denpasar yang dulunya menjadi satu dengan Badung kemudian lahir kota Denpasar, perjuangan air mata, darah warga Badung waktu itu, yang dikoordinir kerajaan, Kraton Badung, maka kita di masa kini sebagai warga Denpasar jangan melupakan sejarah,” ujarnya. (Citta Maya/balipost)