
NEGARA, BALIPOST.com – Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) mendorong desa untuk bertransformasi dari sekedar objek pembangunan menjadi subjek utama pertumbuhan ekonomi nasional yang mandiri, inovatif, dan berdaya saing global. Salah satunya dengan meluncurkan inisiatif kolaboratif Desa Bisa Ekspor bersama Kementerian Perdagangan serta Kementerian dan lembaga lain.
Wakil Menteri PDT, Ahmad Riza Patria, Selasa (9/9) di Melaya mengatakan program kolaborasi ini adalah bagian dari 12 rencana aksi Bangun Desa, Bangun Indonesia. Khususnya tentang Pengembangan Desa Ekspor.
Riza Patria menegaskan bahwa masa depan Indonesia sangat bergantung pada bagaimana desa-desa dikelola dan dibangun, mengingat 90% wilayah Indonesia terdiri dari pedesaan. Ia menyoroti peran penting Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dan koperasi desa sebagai tulang punggung ekonomi. Hingga saat ini, tercatat lebih dari 5.594 Bumdes aktif dan lebih dari 80.000 koperasi desa Merah Putih yang baru diluncurkan.
Desa tidak boleh lagi hanya berfokus pada penjualan bahan baku. Strategi hilirisasi, inovasi produk, dan konektivitas dengan pasar global sangatlah krusial untuk menjadikan desa-desa sebagai pilar ekonomi bangsa. Wamen menilai perlu tiga strategi utama yang disingkat “3T”.
“Terbaik, terbanyak dan tercepat. Ini juga perlu dilakukan. Terbaik, desa didorong untuk menghasilkan produk unggulan dengan kualitas terbaik yang mampu bersaing di pasar internasional,” ujarnya. Selanjutnya terbanyak, yang mana selain kualitas, kuantitas produk juga harus dimaksimalkan untuk memenuhi permintaan pasar ekspor. Pemerintah juga berkomitmen mempercepat proses kebangkitan dan kemajuan desa tanpa berlarut-larut.
Inisiatif Desa Bisa Ekspor telah memetakan lebih dari 2.300 desa binaan, memisahkan desa yang sudah siap ekspor dengan yang masih membutuhkan pendampingan. Riza Patria mengapresiasi keberhasilan program ini dalam memfasilitasi business pitching dan business matching, yang berhasil mempertemukan desa-desa dengan pembeli internasional.
Pembangunan desa berkelanjutan, menurut Riza Patria, hanya bisa diwujudkan melalui kolaborasi multisegmen yang melibatkan pemerintah, pelaku usaha, perguruan tinggi, masyarakat, media, dan entitas teknologi. Ia menyebut kolaborasi ini sebagai model octagon helix, yang diharapkan dapat menciptakan program strategis untuk memperkuat desa sekaligus bangsa secara keseluruhan. (Surya Dharma/balipost)