Hujan Deras menyebabkan banjir dan bangunan ambles di Sanggulan, Tabanan, Rabu (10/9). (BP/bit)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bali mengalami banjir terparah dalam sejarah pada Rabu (10/9). Berdasarkan data yang diungkap Gubernur Bali, Wayan Koster, banjir terjadi di 123 titik dan menyebabkan 9 orang meninggal dan 6 orang masih dalam pencarian.

Sejumlah fasilitas umum dan bangunan milik warga juga ambruk karena diterjang banjir bandang dan longsor. Kondisi banjir bandang terparah berada di Denpasar, Gianyar, Klungkung, Tabanan, dan Jembrana.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto mengungkapkan bahwa banjir besar yang melanda sejumlah wilayah di Bali dipicu oleh curah hujan ekstrem.

Baca juga:  Bali Jangan Terkesan Sesak, Kesucian Gunung Mesti Dijaga Bersama

Kondisi ini diakibatkan adanya fenomena alam gelombang Rossby-Kelvin. Fenomena ini terdeteksi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam beberapa hari terakhir.

“Banjir ini disebabkan oleh curah hujan yang sangat tinggi, akibat ada fenomena alam gelombang Rossby-Kelvin,” ujar Letjen Suharyanto seusai menggelar rapat koordinasi di Gedung Kertha Sabha, Jayasabha Denpasar, Rabu (10/9) malam.

Ia mengaku sudah berkoordinasi dengan BMKG beberapa hari ini. Dan dipastikan bahwa curah hujan yang diakibatkan gelombang Rossby-Kelvin ini sudah tidak ada lagi di Bali karena sudah bergeser ke arah barat.

Baca juga:  Gudang di Kediri Tabanan Terbakar, Sejumlah Mobil Ludes dan Satu Korban Luka Parah

Ditambahkannya, kondisi banjir per Rabu malam terpantau mulai menurun drastis. “Apa yang sudah diberitakan itu alhamdulillah tidak seperti dibayangkan, relatif per malam ini kondisi sudah menurun jauh. Apalagi dari BPBD sudah menyampaikan tinggi muka air sungai-sungai yang mengakibatkan banjir ini per malam ini pukul 21.00 sudah kembali normal,” ungkapnya.

Meski situasi Bali mulai terkendali, Suharyanto menegaskan fokus mitigasi cuaca akan dialihkan ke Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat yang diprediksi mengalami peningkatan curah hujan.

Baca juga:  Tahun Ini, Bulog Ditarget Serap 3.344 Ton Gabah di Bali

“Jadi ya memang yang harus kita intervensi sekarang adalah justru Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat. Kami juga sudah berkoordinasi dengan kepala daerah di tiga provinsi itu untuk segera siap siaga, melaksanakan operasi mitigasi cuaca,” tegasnya. (Ketut Winata/balipost)

BAGIKAN