Kondisi bangunan ruko yang hancur diterjang banjir terlihat di kawasan Jalan Sulawesi, Denpasar, Bali, Rabu (10/9/2025). Sejumlah bangunan seperti ruko, toko dan rumah warga di wilayah Denpasar mengalami kerusakan akibat banjir yang terjadi di sejumlah titik sejak Rabu pagi. (BP/Antara)

DENPASAR, BALIPOST.com – Gubernur Bali, Wayan Koster saat rapat koordinasi dengan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto memaparkan data terkait bencana yang terjadi setelah sejak Selasa (9/9), Bali diguyur hujan dengan intensitas lebat.

Dikatakan Koster, hujan lebat ini mengakibatkan banjir besar yang disebut sebagai peristiwa terparah dalam sejarah Bali. Hujan ekstrem ini menyebabkan banjir meluas di 123 titik, tanah longsor, bangunan roboh, hingga kerusakan fasilitas umum (fasum).

Berdasarkan laporan resmi, banjir tercatat di 81 titik di Kota Denpasar, 14 titik di Gianyar, 12 titik di Badung, 8 titik di Tabanan, 4 titik di Karangasem, dan 4 titik di Jembrana. Selain itu, 18 titik longsor terjadi di Gianyar, Karangasem, dan Badung, sementara 16 bangunan roboh dilaporkan di Denpasar, Gianyar, Badung, dan Karangasem.

Baca juga:  Anak di Bawah Umur 12 Tahun Masuk Mal, Mendag Akan Perbaiki SOP

Tak hanya itu, 3 jembatan jebol, sembilan pohon tumbang, serta kerusakan ruas jalan memperparah dampak bencana. Laporan korban jiwa mencatat 9 orang meninggal dunia (Denpasar 4, Jembrana 2, Gianyar 2, Badung 1) dan 6 orang masih dalam pencarian.

Kerugian material masih dihitung, namun diperkirakan besar. Di Denpasar saja, tercatat 474 unit kios, los, dan ruko terdampak, termasuk satu ruko tiga lantai roboh serta kerusakan berat pada sejumlah ruko di Pasar Kumbasari dan Jalan Sulawesi.

Sebanyak 240 warga mengungsi ke beberapa lokasi. Antara lain, di Banjar Tohpati, Kesiman, Kerta Langu 52 orang; di Kesambi 22 orang; di Banjar Dadakan 75 orang; di Gedung NU 80 orang; dan di SD 25 Pemecutan Kelod 11 orang

Baca juga:  Tambahan Korban Jiwa COVID-19 Hari Ini, Rentang Usianya dari 30-an hingga 80-an Tahun

Gubernur Bali turun langsung memimpin bersama Wali Kota Denpasar, IGN Jaya Negara, TNI, Basarnas, dan masyarakat untuk melaksanakan penanganan memprioritaskan pengamanan para pedagang.

Dikatakannya, pemerintah juga telah menyiapkan lokasi pengungsi di balai banjar yang ada di desa. Di samping itu, tim penanganan bencana juga telah melakukan penyedotan air lantai parkir Pasar Badung yang masih terus berlangsung. Untuk mempercepat penyedotan air, penambahan mesin penyedot air berkapasitas besar dari Balai Air Kementerian PU juga dilakukan.

Selanjutnya, akan segera dilakukan penghitungan ganti rugi ruko yang roboh, peralatan dan barang dagangan para pedagang serta perbaikan jalan dan jembatan rusak. Ganti rugi akan ditangani bersama oleh BNPB, Pemerintah Provinsi Bali, dan Pemerintah Kota Denpasar.

Baca juga:  Dua Kali Berturut-turut, Pertumbuhan Ekonomi Bali Minus

Ia memaparkan saat ini debit air di Tukad Unda telah normal kembali seperti biasanya. Banjir di Badung, Gianyar, Jembrana, dan Klungkung juga diklaim telah berakhir dan kondisi sudah normal kembali. Telah ditetapkan status tanggap darurat agar bisa melibatkan semua komponen masyarakat dan dasar hukum untuk merealisasikan anggaran darurat dari APBN dan APBD untuk ganti rugi dan perbaikan jalan serta jembatan rusak.

Koster mengungkapkan ada beberapa langkah berikutnya yang akan dilakukan. Di antaranya, melakukan pembersihan secara tuntas sisa-sisa sampah di Pasar Kumbasari dan Pasar Badung, Denpasar dan segera memproses ganti rugi pedagang, serta perbaikan jalan dan jembatan rusak. (Ketut Winata/balipost)

BAGIKAN