Wisatawan nusantara dan mancanegara mengunjungi pantai Segara Ayu dan Sindhu, berjalan melewati pedestrian. (BP/May)

DENPASAR, BALIPOST.com – Hingga Juni 2025, jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Denpasar mencapai 1.112.481 orang. Jumlah kunjungan wisatawan 2025 menurun karena total kunjungan Juni 2024 mencapai 1.120.821 orang.

Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Denpasar Ni Ketut Trisna Aryani, Minggu (7/9), mengatakan, dari 1.112.481 orang kunjungan, 762.405 diantaranya merupakan wisatawan nusantara, menurun dibandingkan 2024 karena totalnya mencapai 856.269 orang.

Sedangkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) hingga Juni 2025 mencapai 350.076 orang. Angka ini meningkat dibandingkan 2024 karena jumlah kunjungannya hanya 264.552 orang.

Jumlah kunjungan wisatawan terbesar ke Denpasar adalah wisatawan nusantara. Sementara jumlah kunjungan wisman terbesar berasal dari Australia, Tiongkok, dan Korea.

Baca juga:  Kebijakan Pembatasan Kunjungan Wisatawan Karena Tingkat Penyebaran Covid-19

Sebelumnya Kepala Dinas Pariwisata Denpasar Ni Luh Putu Riyastiti mengatakan, tahun 2025, Denpasar menargetkan kunjungan wisatawan mencapai 2.100.000 orang. Target ini naik dari 2024 yang sebesar 1,9 juta. Untuk mencapainya, promosi pariwisata tetap dilakukan dengan berkolaborasi dengan pelaku usaha untuk mengadakan promosi, table top, direct selling.

“Yang akan dilakukan untuk mencapai target, promosi online, memanfaatkan media sosial, kolaborasi dengan para pelaku pariwisata dan stakeholder pariwisata untuk bisa mereka yang berpromosi, sementara kita yang memperbaiki kualitas destinasi kita dan menyediakan event yang memang sudah dianggarkan,” ujarnya

Baca juga:  Ini, 9 Lokasi "Kick Off" Vaksinasi Anak 6-11 Tahun di Bali

Pelaku pariwisata Agus Pande Widura menyampaikan, pada periode pertengahan tahun ini merupakan peak season wisatawan di Bali. Namun adanya kebijakan pemerintah di beberapa negara terhadap imigrant membawa dampak bagi kemampuan berwisata wisman khususnya Australia dan Amerika.

“Imigrant melakukan demo berdampak pada kunjungan wisman ke berbagai negara termasuk ke Bali terutama dari Australia dan Amerika,” ujarnya.

Menurutnya, kebijakan pemerintahan mereka berdampak kepada daya beli calon wisatawan karena pajak yang dibayarakan warga Australia dan Amerika menjadi naik. “Itu berdampak pada pengeluaran mereka, yang biasanya makan di restoran jadi mengurangi biaya makan di restoran, termasuk mengurangi biaya liburan,” ujarnya.

Baca juga:  Polda Berharap Situasi Menjelang Pemilu Tidak Memanas

Menurutnya untuk meminimalisir dampak tersebut, pemerintah perlu mendorong penyesuaian harga tiket pesawat. Mengingat biaya transportasi udara ini menghabiskan hampir 50 persen dari budget wisatawan ketika berlibur.

“Dibandingkan dengan Thailand, kita jauh sedangkan kita tahu tiket pesawat ini mengambil porsi 50 persen dari biaya tur, hanya untuk tiket pesawat,”ujarnya.

Ia khawatir spending wisatawan bisa berkurang karena dialokasikan hanya untuk tiket. Sementara pelaku usaha pariwisata sendiri telah menurunkan harga atau memberi diskon pada wisatawan demi menarik jumlah kunjungan wisatawan. (Citta Maya/Balipost)

BAGIKAN