
BANGLI, BALIPOST.com – Kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bangli mengalami pergeseran tren dalam beberapa tahun terakhir, dari yang tadinya didominasi wisatawan mancanegara (wisman) menjadi lebih banyak wisatawan domestik (wisdom). Menurut pelaku pariwisata di Bangli, Ketut Putranata, perubahan ini didorong oleh beberapa faktor, salah satunya adalah dampak dari pandemi Covid-19.
“Saat pandemi, banyak orang mencari tempat terbuka yang segar dan indah. Kintamani menjadi salah satu destinasi favorit,” ujar Putranata, Minggu (7/9).
Popularitas Bangli, khususnya Kintamani, semakin melonjak berkat banyaknya konten di media sosial yang menampilkan keindahannya. Ditambah lagi, menjamurnya kafe-kafe estetik dan instagramable kian menarik minat wisatawan domestik dari berbagai daerah di Indonesia datang ke Bangli.
Meskipun terjadi penurunan jumlah kunjungan wisman, Putranata mengatakan penurunannya tidak drastis. Ia berpendapat peningkatan signifikan pada jumlah wisatawan domestik membuat jumlah wisman seakan tenggelam.
Untuk terus menarik wisatawan, Putranata menekankan perlunya perhatian lebih pada fasilitas umum dan layanan publik. Ia menyoroti beberapa hal yang harus dibenahi, antara lain toilet, kebersihan dan parkir. Dia menyoroti masalah parkir yang kerap menimbulkan ketidaknyamanan. Ia mengaku sering kali harus membayarkan parkir untuk wisatawan agar wisatawan yang merasa sudah membayar tiket masuk bisa nyaman dan mendapatkan fasilitas parkir. Karena itu ia mendorong agar pemerintah dapat menyediakan fasilitas parkir yang memadai untuk mengatasi masalah ini.
Fasilitas lain yang perlu disediakan adalah Wi-Fi gratis di tempat umum dan penerangan yang layak untuk mendukung wisata malam. Putranata meyakini bahwa mengaktifkan wisata malam dapat meningkatkan kunjungan dan mendorong wisatawan untuk datang ke restoran dan tempat menginap, serta memperpanjang durasi kunjungan.
Sementara itu pelaku pariwisata lain Putu Winastra berpendapat untuk menarik lebih banyak kunjungan wisatawan, salah satu yang perlu dilakukan adalah memperbanyak variasi obyek wisata. Winastra menekankan bahwa Bangli memiliki banyak potensi wisata, tidak hanya Kintamani.
Ketua ASITA Bali itu juga berpendapat perlu adanya kolaborasi antara pemerintah, dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, dengan para pengelola objek wisata untuk menciptakan konsep dan sistem baru. Salah satu ide yang diusulkannya adalah penerapan tiket pas. “Tujuannya adalah bagaimana kita bisa menarik lebih banyak wisatawan ke Bangli dan membuat mereka tinggal lebih lama,” jelas pelaku pariwisata asal Desa Undisan, Tembuku itu. Dia mencontohkan dengan membeli tiket seharga Rp 300.000, wisatawan bisa mengunjungi berbagai tempat di Bangli selama beberapa hari.
Selain itu, Winastra juga menekankan bahwa konsep perjalanan masa kini lebih mengarah pada pengalaman daripada sekadar kunjungan lalu pulang. Untuk itu pemerintah daerah dan pengelola objek wisata perlu membuat sesuatu yang berbeda agar wisatawan mendapatkan kesan yang mendalam.
Penyediaan infrastruktur yang memadai juga menurutnya penting untuk menjadi perhatian serius. Winastra menyebut bahwa akses jalan menuju beberapa objek wisata di Bangli masih kurang memadai. Selain itu Ia juga mengingatkan agar regulasi penataan kafe dan tempat usaha diperketat ketika sebuah destinasi mulai ramai, untuk menghindari kekroditan dan memastikan keberlanjutan pariwisata yang tertata baik. (Dayu Swasrina/balipost)