
TABANAN, BALIPOST.com – Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka pada Sabtu (5/7) mengunjungi Pasar Dauh Pala, Tabanan.
Kunjungan ini diharapkan bisa membawa secercah harapan bagi ratusan pedagang.
Karena mulai dari pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten sudah turun langsung dengan harapan bisa melihat kondisi pasar.
Pasalnya, pasar yang berdiri sejak 1980-an ini hingga kini belum pernah tersentuh revitalisasi.
Melongok ke pasar itu, separuh bangunannya mengalami kerusakan parah dan tak lagi layak digunakan.
Dari total 32 kios yang tersedia, hanya 16 yang masih berfungsi. Sementara dari 11 los yang ada, semuanya memang masih dipakai, tetapi dengan kondisi atap yang bocor.
Tak hanya itu, sebanyak 127 pedagang lainnya harus berjualan di bawah (pedagang pedasaran) dengan fasilitas seadanya.
“Sudah sejak lama diajukan untuk diperbaiki, bahkan sejak koordinator pasar sebelumnya. Tapi belum juga ada realisasi. Terakhir sempat dijanjikan oleh Disperindag akan dianggarkan, namun sampai sekarang belum terlihat tindak lanjutnya,” ungkap Koordinator Pasar Dauh Pala, I Gede Putu Manik Mahendra.
Lanjut dikatakan, kondisi pasar juga diperparah karena letaknya yang berada di tepi Sungai Yeh Empas. Pasar yang berdiri di lahan seluas 3 hektar lebih itu berada di kontur tanah yang miring dan rawan longsor.
Meski di bagian sisi barat pasar terdapat senderan, namun dinilai tidak cukup kuat untuk menahan derasnya aliran sungai, terutama saat musim hujan.
“Kalau hujan lebat, kami khawatir longsor. Air sungainya besar dan deras, sedangkan senderan yang ada kelihatannya tidak cukup kuat,” ujarnya.
Selain kondisi fisik yang rusak, tata kelola pasar juga dinilai kurang tertata. Awalnya, bagian dalam pasar memiliki area khusus untuk bongkar muat pedagang bermobil.
Namun sejak pandemi Covid-19, banyak pedagang bermobil yang dialihkan ke pasar darurat di Terminal Pesiapan. Akibatnya, area transit di dalam pasar diubah menjadi los dagang untuk menampung pedagang baru yang bermunculan saat pandemi.
Masalah muncul karena aktivitas kendaraan keluar masuk tetap berlangsung. Sayangnya, ruang parkir dan transit yang menyempit membuat aktivitas bongkar muat tidak lagi tertib. Bahkan, jam operasional pasar pun meluas.
Sebelum pandemi, pasar hanya beroperasi dari pukul 06.00 hingga 10.00 WITA. Kini, aktivitas pasar berlangsung nyaris tanpa henti. Karena kegiatan bongkar muat berlangsung dini hari antara pukul 01.00 hingga 03.00 WITA.
“Kondisinya seperti pasar yang tak pernah tutup. Tapi itu karena kebutuhan. Ruang terbatas, tapi pedagang bertambah,” celetuk salah seorang pembeli.
Dan dari sisi kontribusi pasar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), pasar ini hanya mampu menghasilkan retribusi harian sekitar Rp500 ribu. (Puspawati/balipost)