TNI AL mengerahkan personel dan KRI untuk mencari korban KMP Yunicee pada 2021. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya menjadi tragedi ketiga di Selat Bali dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.

Ketiganya menelan korban jiwa. Dua tragedi yakni KMP Rafelia II terjadi Maret 2016 mengakibatkan 6 orang meninggal, dan KMP Yunicee terjadi Juni 2021 mengakibatkan 7 orang meninggal dunia.

KMP Rafelia II, tenggelam 4 Maret 2016 saat melakukan penyeberangan dari Gilimanuk ke Ketapang. Hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyebutkan pemicunya kelebihan muatan. Kejadian tenggelam siang hari sekitar pukul 14.00 WIB.

Baca juga:  KNKT-Dishub Investigasi Bus Rombongan SMK TI Bali Global Lakalantas di Batu Malang

Sementara Kapal Motor Penumpang Yunicee tenggelam pada 29 Juni 2021 pukul 19.20 WITA, saat akan bersandar pada jarak 200-300 meter dari Pelabuhan Gilimanuk. KNKT menduga kuat bahwa Yunicee telah mengalami kelebihan muatan saat berangkat dari Pelabuhan Ketapang. Hal tersebut merupakan kontribusi paling utama yang mengakibatkan kapal terbalik dan tenggelam.

Selat Bali dikenal berbahaya karena arus lautnya yang kuat dan tidak menentu, terutama saat terjadi pasang surut. Kondisi ini dapat menyebabkan kapal terseret arus, bahkan terbalik, serta menimbulkan ombak besar yang disebut “ombak maling” oleh para pelaut.

Baca juga:  UPDATE: 33 Penumpang KMP Tunu Pratama Jaya Sudah Ditemukan, 5 Meninggal

Ombak maling merupakan istilah yang digunakan pelaut di Selat Bali untuk ombak dengan arus paling kuat. Kapal yang masuk ombak maling dalam posisi menghadap timur atau tenggara dipastikan berada dalam bahaya.

Arus kuat disebabkan Selat Bali berada di antara Laut Jawa dan Samudra Hindia. Selain itu ada sembilan palung laut yang membuat perubahan arus terjadi demikian kuat dan cepat. Untuk menggambarkan kuatnya arus, sebuah kapal dengan  mesin yang menyala dengan kekuatan laju 10 knot tetap bisa terseret hingga 40 mil laut. (Surya Dharma/balipost)

Baca juga:  Desa Adat Padangtegal Jaga Kelestarian Alam Lewat Rumah Kompos
BAGIKAN