
NEGARA, BALIPOST.com – Prosesi upacara Mulang Pakelem digelar di perairan Selat Bali, kawasan Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana, Jumat (25/7). Ritual sakral ini dipuput 3 sulinggih.
Tiga Sulinggih muput upakara yaitu Ida Pedanda Istri Nabe Manuaba, Ida Pandita Nabe Mpu Reka Kusuma Ananda, dan Ida Rsi Agung Ananda Yoga Pinatih.
Upacara agama Hindu ini merupakan bagian dari rangkaian Upacara Segara Kerthi yang bertujuan memohon keselamatan dan keharmonisan alam semesta, khususnya di wilayah laut, pascatenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya, Senin 7 Juli 2025.
Upacara diselenggarakan Desa Adat Gilimanuk dengan didukung PT ASDP Persero tersebut dihadiri lebih dari 600 orang, termasuk unsur Forkopimda, tokoh adat, dan masyarakat.
Diawali dengan pecaruan di area dermaga LCM Gilimanuk, puncak pakelem ditandai dengan pelarungan seekor kerbau (kebo) ke tengah laut menggunakan kapal ferry KMP Agung Samudra IX. Hewan kurban ini diyakini sebagai simbol persembahan kepada kekuatan alam dan penjaga laut, agar tercipta keseimbangan antara manusia dan lingkungan.
Kapolres Jembrana, AKBP Kadek Citra Dewi Suparwati, turut hadir dan menyampaikan dukungan terhadap pelaksanaan ritual ini. Ia menegaskan pentingnya menjaga harmoni alam, khususnya di wilayah Selat Bali yang rawan arus kuat dan potensi kecelakaan laut.
Pengamanan laut selama upacara dilakukan oleh personel Sat Polairud Polres Jembrana, dengan dukungan dari TNI AL dan Basarnas.
Upacara diakhiri dengan pelarungan sesaji termasuk hewan yang dikurbankan sebagai permohonan keselamatan bagi semua pihak yang beraktivitas di laut.
Sebelumnya, KMP Tunu Pratama Jaya yang mengangkut 53 penumpang, 12 ABK/kru, dan 22 unit kendaraan tenggelam setelah sekitar 30 menit bertolak dari Pelabuhan Ketapang menuju Pelabuhan Gilimanuk. Data terakhir, korban kapal tenggelam KMP Tunu Pratama Jaya yang ditemukan selamat sebanyak 30 orang, 19 orang ditemukan meninggal, dan 16 korban lainnya belum ditemukan. (Surya Dharma/balipost)