Suasana antrean kendaraan di Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana. (BP/Istimewa)

NEGARA, BALIPOST.com – Lumpuhnya penyeberangan Jawa-Bali membuat banyak
pihak khawatir. Bagaimana tidak, Bali sangat tergantung pasokan barang kebutuhan pokok
dari Pulau Jawa. Demikian pula arus manusia yang bertujuan berwisata dari Jawa ke Bali.

Sedikit saja terjadi gangguan, misalnya pengurangan jumlah
kapal yang berlayar, antrean panjang tak terhindarkan. Sopir
truk berteriak khawatir barang yang diangkut mengalami kerusakan.

Itulah yang terjadi selama beberapa jam pada Rabu (16/7) pagi. Sopir truk protes dipicu kebijakan penundaan operasional belasan Kapal Motor eks LCT (landing craft tank) yang dimodifikasi menjadi kapal Ro-ro (kapal penumpang).

Saat itu, kendaraan barang atau logistik (truk) tersendat perjalanannya karena yang diutamakan adalah penumpang yang menyeberang ke Bali.

Antrean panjang, baik di Ketapang maupun Gilimanuk, menyebabkan sopir melakukan aksi mogok dengan menempatkan kendaraannya dalam posisi menutupi jalur masuk ke kapal.

Baca juga:  Kapal di Selat Bali Sering Kandas, Disarankan Pakelem 

Operasional penyeberangan pun tak bisa dilakukan lantaran jalur keluar masuk atau bongkar muat di Pelabuhan Ketapang dihadang. Sehingga aktivitas bongkar muat terganggu.

Penyeberangan Selat Bali sangat krusial dengan tingginya mobilitas arus kendaraan dan orang di lintasan tersebut.

Lumpuhnya operasional Penyeberangan dipicu penundaan belasan kapal LCT, pada Rabu lalu dan hanya dua kapal yang beroperasi di LCM, menjadi gambaran pentingnya rute laut Jawa-Bali ini.

Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Muhammad Masyhud, menyampaikan bahwa kebijakan pembatasan bersifat sementara dan akan dievaluasi secara berkala demi menjamin kelayakan teknis seluruh armada.

Sebanyak 45 dari total 54 kapal yang beroperasi di lintas penyeberangan Ketapang–Gilimanuk dinyatakan laik laut oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (Ditjen Hubla) Kementerian Perhubungan.

Pemeriksaan ini dilakukan sebagai tindak lanjut dari insiden KMP Tunu Pratama Jaya dan menjadi bagian dari upaya peningkatan keselamatan pelayaran. ASDP memastikan aktivitas bongkar muat di seluruh dermaga tetap berjalan normal sejak Rabu. Namun demikian, antrean kendaraan logistik tetap terjadi akibat pembatasan jumlah kapal yang diizinkan beroperasi dan tingginya volume truk barang.

Baca juga:  Angin Kencang, Penyeberangan Selat Bali Ditunda Dua Jam

Empat kapal eks LCT—KM. Agung Samudra IX, KM. Jambo VI, KM. Liputan XII, dan KM. Samudra Utama, diberikan dispensasi terbatas untuk kembali melayani lintasan dengan ketentuan khusus, seperti pembatasan muatan maksimal 75% dan larangan mengangkut penumpang serta kendaraan kecil.

“Hanya kapal dengan temuan ketidaksesuaian minor yang diizinkan beroperasi,” kata Corporate Secretary ASDP, Shelvy Arifin, Kamis (17/7).

Ia menambahkan bahwa seluruh kendaraan telah melalui proses penimbangan dan pengaturan muatan secara ketat. Normalisasi Penyeberangan terus dilakukan dan mengurai kemacetan menuju Pelabuhan Ketapang maupun Gilimanuk.

Jalur penyeberangan penghubung Pulau Jawa dengan Pulau Bali ini sangat padat dan terus bergerak tujuh hari, 168 jam dalam sepekan. Tanpa henti siang malam dengan puluhan ribu orang dan kendaraan melakukan mobilisasi di permukaan laut.

Baca juga:  Naik dari Sehari Sebelumnya, Tambahan Positif COVID-19 Masih Capai Puluhan Orang

Kondisi inilah yang membuat Pelabuhan Gilimanuk dan Ketapang menjadi obyek vital transportasi antarpulau. Satu pelabuhan lumpuh, maka jalur transportasi di seberang juga terhambat.

Berkaca pada kejadian Rabu pagi lalu, hanya ada tiga hal yang memicu pelabuhan lumpuh tidak beroperasi. Pertama, cuaca buruk, kedua tutup untuk menghormati Nyepi di Bali dan kejadian tak terduga penundaan belasan kapal Rabu lalu.

Pemerintah perlu memikirkan mitigasi ketika terjadi persoalan tak terduga seperti Rabu lalu. Keselamatan dan keamanan merupakan faktor yang paling penting, namun juga perlu adanya pergantian kapal-kapal tua di salah satu pelabuhan terpadat di Indonesia ini. (Surya Dharma/Balipost)

BAGIKAN