Kapolsek Tejakula, AKP Gede Darma Diatmika. (BP/Yud)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Semarak HUT ke-80 RI kembali dimeriahkan dengan acara tahunan Lomba Gerak Jalan 45 Kilometer. Tahun ini, ada hal berbeda yang menarik perhatian: rute lomba dimulai dari Buleleng Timur, tepatnya di Lapangan Desa Sambirenteng, Kecamatan Tejakula.

Keputusan ini memunculkan beragam reaksi di tengah masyarakat. Sebagian warga menyambut antusias, namun tak sedikit pula yang merasa cemas. Pasalnya, pengalaman pahit pada tahun 2010 silam masih membekas. Saat itu, lomba serupa yang dimulai dari Buleleng Timur sempat diwarnai kericuhan, hingga akhirnya lokasi start dialihkan ke wilayah Buleleng Barat.

Baca juga:  Anggaran PKB Direalokasi Tangani COVID-19

Kapolsek Tejakula, AKP Gede Darma Diatmika, memastikan bahwa seluruh persiapan telah dilakukan melalui koordinasi intensif antara Pemkab Buleleng, Polres Buleleng, dan Kodim 1609. Selain lokasi start di Sambirenteng, garis finis ditetapkan di Lapangan Bhuana Patra, Singaraja.

“Kalau mengacu pengalaman sebelumnya, memang rute ini tergolong rawan gesekan. Namun kami sudah antisipasi dengan berbagai langkah pengamanan,” ungkap AKP Diatmika pada Minggu (3/8).

Baca juga:  Ceceran Solar Picu Sejumlah Kecelakaan di Jalan Menuju Klotok

Salah satu fokus pengamanan, kata Diatmika, adalah mencegah aksi konsumsi minuman keras di sepanjang jalur lomba. Ia menegaskan, pihak kepolisian tak akan segan mengambil tindakan tegas bila ditemukan pelanggaran yang berpotensi memicu keributan.

“Sering kali kerusuhan dipicu oleh peserta atau penonton yang berada di bawah pengaruh alkohol. Ini yang akan kami tekan,” tegas mantan Kasi Humas Polres Buleleng itu.

Meski masih menunggu keputusan dari Polres Buleleng terkait jumlah personel pengamanan, jajaran Polsek Tejakula telah lebih dulu bergerak. Langkah preemtif dilakukan melalui komunikasi intensif dengan tokoh agama, adat, dan desa setempat agar turut membantu menciptakan situasi yang kondusif.

Baca juga:  Wabup Kasta Ajak Masyarakat Bersinergi Majukan Pembangunan

“Kericuhan biasanya muncul akibat gesekan antar warga atau antar desa. Maka dari itu, pencegahan kami lakukan dari akar persoalan,” imbuhnya. (Yudha/Balipost)

BAGIKAN