
DENPASAR, BALIPOST.com – Perayaan Hari Raya Galungan selalu membawa suasana sakral dan penuh warna di Bali. Tapi tahukah kamu, di beberapa desa adat, pengantin baru yang merayakan Galungan pertama kali bersama pasangannya punya perlakuan istimewa?
Yuk, simak beberapa tradisi menarik berikut ini, dikutip dari berbagai sumber:
1. Ngejot Tumpeng di Banjar Adat Sengguan Kelod Kangin
Di Banjar Adat Sengguan Kelod Kangin, Gianyar, pasangan pengantin baru mendapat kejutan spesial saat Galungan. Warga banjar akan datang ke rumah mereka dengan membawa jotan tumpeng, yaitu nasi tumpeng lengkap dengan lauk pauk dan sesajen.
Tujuannya? Sebagai bentuk doa dan restu agar rumah tangga yang baru dibangun penuh berkah. Rumah pengantin juga dihias dengan penjor anten—jenis penjor yang lebih meriah dan panjang dari penjor biasa. Lamaknya bisa mencapai 3 meter, lho!
2. Penjor Anten, Simbol Keharmonisan Rumah Tangga
Tak semua rumah di Bali memasang penjor anten. Biasanya, penjor ini khusus dipasang di rumah pengantin baru saat Galungan pertama mereka sebagai pasangan suami istri.
Penjor anten memiliki desain yang lebih megah dan artistik, menjadi simbol harapan atas kehidupan rumah tangga yang rukun dan harmonis. Tradisi ini tersebar di berbagai desa adat di Bali, termasuk kemungkinan besar di Banjar Payogan, Kedewatan, Ubud.
3. Tradisi Soda dan Banten di Desa Medahan
Di Desa Medahan, Gianyar, masyarakat adat mengenal tradisi soda untuk pengantin baru. Mereka akan menerima banten khusus berisi nasi tumpeng dan perlengkapan upakara lain sebagai bentuk perkenalan resmi ke lingkungan adat.
Tradisi ini juga menandai peran baru pasangan dalam komunitas, sekaligus sebagai penyambutan atas rumah tangga baru yang ikut dalam ritus keagamaan bersama.
4. Pasang Dua Penjor di Depan Rumah
Beberapa banjar di Bali memiliki kebiasaan memasang dua penjor di depan rumah saat Galungan jika di rumah tersebut ada pasangan pengantin baru.
Dua penjor ini bukan sekadar dekorasi, tapi menjadi pertanda bagi masyarakat bahwa rumah itu tengah dalam masa bahagia karena baru saja melangsungkan pernikahan.
Semua tradisi di atas tidak akan berjalan tanpa peran aktif krama banjar. Mulai dari persiapan tumpeng, pemasangan penjor, hingga pelaksanaan upakara dilakukan bersama-sama.
Hal ini menunjukkan betapa kuatnya rasa gotong royong dan kekeluargaan dalam budaya Bali, terutama saat menyambut Hari Raya besar seperti Galungan. (Pande Paron/balipost)