Sejumlah warga mengajak bayinya untuk mengikuti sangkepan di Pura Bale Agung Desa Adat Selulung. (BP/ina)

BANGLI, BALIPOST.com – Di Desa Adat Selulung, Kecamatan Kintamani, terdapat tradisi Sangkepan Bayi. Tradisi ini merupakan wujud pengenalan lingkungan pura kepada bayi, umumnya dimulai ketika bayi menginjak usia tiga bulan.

Sangkepan bayi biasanya dilaksanakan pada rahinan Anggarkasih. Seperti pada Anggarkasih wuku Prangbakat belum lama ini. Sekitar 20 bayi mengikuti sangkepan secara bersamaan di Pura Bale Agung Desa Adat Selulung.

Sebelum prosesi di Pura Bale Agung dimulai, para bayi terlebih dahulu diajak bersembahyang keliling pura di wewidangan Desa Adat Selulung oleh orang tuanya masing-masing. Dalam tradisi ini tidak ada banten khusus. Upacara hanya menggunakan banten pejati sebagai persembahan utama. Sangkepan bayi di Pura Bale Agung di-puput atau dipimpin oleh Paduluan Desa.

Baca juga:  Bendesa Diminta Segera Gunakan Dana Desa Adat

Setelah rangkaian persembahyangan bersama selesai, setiap bayi yang mengikuti upacara ini kemudian akan diberikan malang yaitu nasi yang dibungkus menggunakan daun dan dilengkapi dengan lawar.

Bendesa Desa Adat Selulung, I Putu Santosa mengatakan sangkepan bayi sudah menjadi tradisi secara turun-temurun di Desa Adat Selulung. Masyarakat Selulung meyakini bahwa sangkepan harus dilaksanakan ketika bayi sudah berusia tiga bulanan. “Kalau yakin dia warga Selulung pasti melaksanakan ini,” kata Santosa.

Baca juga:  Amor Ring Acintya, Pelawak Bali dan Pemain Drama Gong Dadap Berpulang

Dijelaskan bahwa makna dari Sangkepan Bayi ini adalah sebagai bentuk pengenalan lingkungan kepada para bayi. “Melalui tradisi ini, diharapkan bayi-bayi dapat diperkenalkan dengan lingkungan pura yang ada di wewidangan desa sejak dini, sekaligus mendapatkan restu untuk tumbuh kembang yang baik,” harapnya. (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN