Pedagang tengah menyiapkan daging ayam di Pasar Badung, Denpasar. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pada bulan Maret 2024 secara year on year (y-on-y), Provinsi Bali mengalami inflasi sebesar 3,67 persen dengan Indeks Harga Konsumen sebesar 106,94. Inflasi tertinggi tercatat di Kabupaten Tabanan sebesar 3,95 persen dengan IHK sebesar 109,21 dan inflasi terendah tercatat di Kota Denpasar sebesar 3,43 persen dengan IHK sebesar 106,85.

Angka inflasi di Bali menunjukkan berada di atas kisaran sasaran Bank Indonesia yaitu 2,5 persen plus minus 1 persen.

Kepala BPS Bali, Endang Retno Sri Subiyandani mengatakan, inflasi tahunan (y-on-y) terjadi karena naiknya harga komoditas-komoditas amatan yang ditunjukkan oleh naiknya IHK pada sembilan kelompok pengeluaran. Kelompok itu yaitu makanan, minuman dan tembakau naik setinggi 8,77 persen, kelompok pakaian dan alas kaki setinggi 1,74 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga setinggi 0,14 persen, kelompok kesehatan setinggi 1,99 persen, kelompok transportasi setinggi 0,91 persen. Kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya setinggi 2,46 persen, kelompok pendidikan setinggi 3,24 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/ restoran setinggi 2,63 persen dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya setinggi 2,85 persen.

Sementara itu, dua kelompok tercatat mengalami penurunan indeks, yaitu kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga turun sedalam 0,06 persen dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sedalam 0,02 persen.

Baca juga:  Puluhan Perusahaan Ikuti "Bali and Beyond" di Ho Chi Minh City

Secara bulanan (month to month atau mtm) dikatakan bahwa Provinsi Bali tercatat mengalami inflasi sebesar 0,93 persen. Sementara secara year to date (y-t-d), tercatat inflasi sebesar 1,46 persen.

Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi secara yoy pada bulan Maret 2024 antara lain beras, daging ayam ras, tomat, cabai merah, bawang putih, telur ayam ras, pisang, sigaret kretek mesin (SKM), akademi/perguruan tinggi, canang sari, air kemasan, kue basah, sigaret putih mesin (SPM), nasi dengan lauk, kopi bubuk, sekolah menengah pertama, iuran pembuangan sampah, gula pasir, pembalut wanita, dan bimbingan belajar.

Sementara itu, komoditas yang menahan laju inflasi dengan memberikan sumbangan negatif, antara lain bawang merah, cabai rawit, minyak goreng, bahan bakar rumah tangga, ikan tongkol/ ikan ambu-ambu, tongkol diawetkan, sabun cair/cuci piring, bensin, sabun mandi cair, detergen cair. Juga telepon seluler, kacang panjang, ikan cakalang/ ikan sisik, bayam, tissu, pakaian bayi, sabun mandi, tarif kendaraan roda 2 online, baju kaos berkerah pria, dan jaket pria.

Sementara komoditas yang dominan memberikan andil inflasi mtm pada bulan Maret 2024 antara lain daging ayam ras, beras, telur ayam ras, cabai rawit, canang sari, tomat, pisang, buncis, nasi dengan lauk, bawang putih, kue kering berminyak. Juga semangka, mobil, jeruk, buah naga, angkutan udara, sawi hijau, pepes, bahan bakar rumah tangga, dan kacang panjang. Sementara itu, komoditas yang menahan laju inflasi dengan memberikan sumbangan negatif, antara lain cabai merah, dan kentang.

Baca juga:  Dari Rekanan dan Penjual Bahan Bangunan Bersaksi hingga Dua Zona Orange Penyumbang Terbanyak

Inflasi yang terjaga merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi.

Sementara itu Bank Indonesia (BI) mengatakan bahwa inflasi indeks harga konsumen (IHK) nasional pada bulan Maret 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,5 plus minus 1 persen.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, inflasi IHK Maret 2024 tercatat sebesar 0,52 persen month to month (mtm) sehingga secara tahunan menjadi 3,05 persen year on year (yoy).

“Inflasi yang terjaga merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono.

Sinergi pengendalian inflasi terjalin kuat antara BI dan pemerintah pusat serta daerah dalam tim pengendalian inflasi pusat dan daerah (TPIP dan TPID) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah.

Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5 plus minus 1 persen pada tahun 2024.

Baca juga:  SKDU BI, Ini Sektor Pemulih Kegiatan Usaha di Bali

Erwin menuturkan bahwa inflasi inti tetap terjaga. Inflasi inti pada bulan Maret 2024 tercatat 0,23 persen (mtm), lebih tinggi daripada inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 0,14 persen (mtm) seiring dengan kenaikan permintaan musiman periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadan dan Idulfitri 1445 Hijriah.

Realisasi inflasi inti tersebut disumbang, terutama oleh inflasi komoditas emas perhiasan, minyak goreng, dan nasi dengan lauk. Secara tahunan, inflasi inti pada bulan Maret 2024 tercatat sebesar 1,77 persen (yoy), atau meningkat dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,68 persen (yoy).

Peningkatan inflasi volatile food itu disumbang, terutama oleh inflasi komoditas telur ayam ras, daging ayam ras, dan beras.

Peningkatan harga komoditas pangan, terutama beras dipengaruhi oleh faktor musiman periode HBKN dan pergeseran musim tanam akibat dampak El Nino.

Peningkatan inflasi lebih lanjut tertahan oleh deflasi komoditas cabai merah dan tomat. Secara tahunan, kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 10,33 persen (yoy), meningkat dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 8,47 persen (yoy).

Ke depan, inflasi volatile food diperkirakan kembali menurun seiring dengan peningkatan produksi akibat masuknya musim panen dan dukungan sinergi pengendalian inflasi TPIP dan TPID melalui GNPIP di berbagai daerah sehingga mendukung upaya menjaga stabilitas. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN