Paguyuban Drama Gong Lawas di bawah naungan Yayasan Bali Murda Citta berkesempatan “ngaturangayah” dengan mempersembahkan “ayah-ayahan” tari wali pada upacara karya Ida Bhatara Turun Kabeh (IBTK) di Pura Agung Besakih, Minggu (31/3). (BP/Istimewa)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Paguyuban Drama Gong Lawas di bawah naungan Yayasan Bali Murda Citta berkesempatan “ngaturangayah” dengan mempersembahkan “ayah-ayahan” tari wali pada upacara karya Ida Bhatara Turun Kabeh (IBTK) di Pura Agung Besakih, Minggu (31/3). Sejumlah sekaa seni dilibatkan. Diantaranya, sekaa Gong Gede, Seka Rejang, Sekaa Topeng, Sekaa Wayang, dan Sekaa Pesantian.

Tarian Rejang yang dipersembahkan, yakni Tari Rejang Dewa, Rejang Renteng, Rejang Kesari, dan Rejang Sutri Witala. Khusus untuk Rejang Renteng kolosal yang melibatkan sebanyak 80 orang penari mendaptkan apresiasi dari pemedek, panitia dan juga diapresiasi oleh Bupati Jembrana, I Nengah Tamba.

Baca juga:  Delegasi IMF-WB Kagumi Aktivitas "Ngayah" di Pura Desa Batuan

Bahkan, Bupati Tamba ikut ngayah megambel bersama sekaa Gong Gede Paguyuban Drama Gong Lawas. Rejang kolosal tersebut berasal dari Banjar Petak, Gianyar sebanyak 30 orang dan dari Banjar Puseh Pejeng 30 orang yang tergabung di Paguyuban Peduli Drama Gong Lawas.

Ditambah Rejang Renteng yang berasal dari karyawan Pemda Tingkat II Negara yang pada saat bersamaan mendapat giliran ngaturan penganyar wali. Sementara itu, Rejang Dewa, penarinya berasal dari anak SD Saraswati Nomor 5 Denpasar yang ikut didampingi oleh kepala sekolahnya A. A. Istri Maha Yogi Yanti, S.Pd., yang kebetulan juga berasal dari Banjar Petak, Gianyar. Sedangkan, Wayang Lemah yang dipentaskan didalangi oleh Dr. Drs. A.A. Gede Alit Geriya.

Baca juga:  Sasar WNA, Pengedar Narkoba Langka Ditangkap

Ketua Paguyuban Peduli Drama Gong Lawas, A.A. Gede Oka Aryana, SH.,M.Kn., didampingi Wakil Ketua, Drs. Dewa Putu Kandel, M.Pd., dan Sekretaris Pande Adi Asmara, SH., mengaku bersyukur dan berterima kasih kepada panitia piodalan karena telah diberikan kesempatan ngaturan ayah kembali di Pura Besakih. Disampaikan bahwa selain ngajegang seni budaya Bali khususnya drama gong, ngaturang ayah wewalian seperti ini juga merupakan misi dari Paguyuban yang sudah sering dilakukan di pura-pura lainnya di Bali.

Baca juga:  Nyemplung ke Sumur, Pedagang Cendol Ditemukan Tewas

“Tari wewalian yang kami persembahkan ini diiringi gong gede yang penabuhnya berasal dari sekaa gong paguyuban drama gong lawas yang jumlahnya sebanyak 35 orang di bawah koordinator seka penabuh yaitu Ida Bagus Kartika,” ujar Agung Aryana yang kesehariannya sebagai notaris ini. (Ketut Winata/balipost)

BAGIKAN