Wisatawan mancanegara melihat parade kebudayaan di Ubud, Gianyar pada Rabu (17/8/2022). Aktivitas budaya dan pariwisata di kawasan ini kembali bangkit setelah 2 tahun terpuruk dihantam pandemi COVID-19. (BP/Antara)

SAAT pandemi COVID-19 melanda Bali di 2020, Ubud merupakan salah satu destinasi yang terdampak parah karena ditutupnya sektor pariwisata internasional. Bagaimana tidak, Ubud yang selama ini dikenal dengan sebutan Kampung Turis tak lagi menerima kedatangan turis.

Situasi di pertengahan 2020 hingga akhir 2021 merupakan tantangan berat bagi Ubud. Jalan-jalan yang macet karena ramainya wisatawan berkunjung, mendadak sunyi.

Perempatan (catus pata) Ubud, yang identik dengan kemacetan dan kesemrawutan, pada periode itu menjadi sepi dan lengang. Tak ada turis melenggang, tak ada bunyi klakson, tak ada antrean panjang kendaraan, dan tak ada lagi parkir sembarangan.

Restoran dan toko banyak yang tutup karena tak kuat menanggung biaya operasional. Pegawai pun dirumahkan dan beralih jadi petani atau pelaku UMKM.

Suasana di Ubud yang sepi wisatawan dan banyak restoran serta toko tutup karena pandemi COVID-19.(BP/Dokumen)

Baru di 2022, kata salah satu pelaku pariwisata Ubud, Tjokorda Gde Bayuputra Sukawati, situasinya membaik. Ubud mulai bisa bernafas bahkan rebound karena pariwisata sudah dibuka lagi dan pandemi telah melandai. “Di Ubud rebound-nya cepat. Tapi di daerah-daerah lain banyak yang belum pulih,” cetusnya.

Titik balik dari kembali bangkitnya Ubud ini, disebut Bayuputra, tak lepas dari peran serta Gojek. Di pertengahan Februari 2022, yayasan yang dipimpinnya, yakni Yayasan Bina Wisata Ubud bekerja sama dengan Gojek untuk mengajak warga lokal menjadi mitra GoRide dengan lokasi, titik jemput dan proses operasional yang telah disepakati dengan pihak Yayasan.

Penjajagan kerja sama sudah dilakukan sejak Desember 2021. Ia mengatakan dasar kerja sama ini selain membuka lapangan kerja baru bagi warga lokal yang selama ini mengandalkan sektor pariwisata, juga menyediakan layanan transportasi berbasis teknologi bagi wisatawan sehingga bisa nyaman dan aman saat berlibur di Ubud maupun di luar kawasan itu.

Driver Gojek melakukan touring di Ubud, Gianyar. (BP/Istimewa)

Di samping itu, untuk mendukung pengembangan UMKM, Gojek juga mendukung Pengembangan Kewirausahaan Terpadu untuk mengembangkan potensi keterampilan dan kemandirian berusaha warga lokal. Gojek menjadi layanan online pertama yang dapat beraktivitas secara resmi di kawasan itu.

Baca juga:  Bus Metro Dewata Segera Masuk Ubud, Ini Reaksi Organda Gianyar

Bayuputra mengutarakan dengan ekosistem Gojek yang lengkap, baik transportasi, layanan pesan antar makanan (GoFood), logistik (Gosend), hingga digital payment, salah satunya GoPay, menjadikan semua orang berkesempatan untuk berkembang. “Dampak dari kehadiran Gojek, salah satunya memberi peluang bagi seluruh masyarakat untuk berkembang dan menggerakan perekonomian,” katanya, Senin (19/9) saat hadir dalam jumpa pers Gerakan “Bangun Lagi, Bali” di Denpasar.

Dicontohkannya, orang yang bisa masak ketika akan membuka restoran tak perlu lagi modal besar untuk menyewa tempat dan biaya operasional. Lewat Gojek, khususnya GoFood, orang yang pintar masak bisa dengan mudah memasarkan hasil masakannya tanpa perlu modal besar membuka restoran, cukup dari rumah.

Pun begitu dengan pelaku UMKM lainnya. “Gojek membuka kesempatan bagi masyarakat yang tidak punya modal untuk berani berusaha. Hal ini juga mendorong pelaku UMKM untuk berani berusaha meski modalnya tidak seberapa. Karena orang berusaha kan biasanya modal yang paling pertama dipikirkan,” ungkap pria yang akrab disapa Tjok Tra ini.

Ia mengutarakan melalui keberadaan Gojek, Ubud yang tadinya diwarnai kemacetan saat wisatawan berkunjung, sudah bisa agak lengang. Sebab, wisatawan saat akan bepergian bisa memanfaatkan layanan GoRide dan GoCar sehingga tak menimbulkan kemacetan. “Ubud kan identik dengan kemacetan, namun keberadaan GoRide dan GoCar paling tidak memberikan solusi mengatasi kemacetan,” ujar putra kedua dari Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati ini.

Gede Manggala, Head of Indonesia Regional Gojek (kiri) dengan Tjokorda Gde Bayuputra Sukawati, Ketua Yayasan Bina Wisata Ubud melakukan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Pemanfaatan Layanan Aplikasi Gojek dalam Rangka Pengembangan Kawasan Ubud, Jumat (18/2/2022). (BP/Istimewa)

Karena menggandeng Gojek juga, ia percaya kenyamanan wisatawan saat berlibur di Ubud menjadi lebih baik. Bahkan, Ubud dinobatkan sebagai Destinasi Terbaik Keenam bagi Pelancong Perorangan versi Forbes Advisor UK dan Kota Terbaik Ketiga di Asia versi Travel+Leisure.

Saat ini, sudah ada lebih dari 200 warga Ubud yang tergabung menjadi mitra GoRide. “Kehebatan dengan Gojek, bagaimana orang Ubud mendapat peluang, tapi di saat bersamaan pelanggan tetap dilayani dengan menyediakan pula kesempatan bagi orang luar Ubud,” cetusnya.

Baca juga:  Disediakan Rp 43 Miliar, Segini Realisasi Stimulus Koperasi

Ia juga mengatakan, lewat keberadaan Mitra GoRide, wisatawan menjadi sangat terbantu. Sebab para mitra ini sekaligus bertindak sebagai guide karena paham tentang lokasi restoran dan tempat yang enak untuk dikunjungi wisatawan. “Jadi dalam hal ini, best service is the best promotion. Melalui upaya menyediakan layanan terbaik, itu akan menjadi promosi terbaik bagi Ubud,” cetusnya.

Soal keterlibatan Gojek dalam membantu perekonomian seperti yang sudah dirasakan Ubud, diamini Head of Brand Marketing Activation Gojek, Muhammad Taufiqurrakhman. Ia mengatakan untuk mendukung tren pertumbuhan ekonomi yang terus membaik, Gojek meluncurkan gerakan
“Bangun Lagi, Bali” sebagai upaya menyalakan semangat masyarakat agar tetap percaya bahwa #PastiAdaJalan untuk #bangunlagiBali.

Sebagai gambaran, ketika pandemi menghantam Indonesia di 2020 silam, Bali merupakan provinsi yang paling terdampak. “BPS melansir pertumbuhan ekonomi Bali terkontraksi hingga 9,33% pada 2020,” katanya.

Gojek, platform on-demand andalan di Asia Tenggara bekerja sama dengan Bali United mengajak masyarakat Bali berjuang bersama-sama menggeliatkan perekonomian yang terdampak pandemi COVID-19 melalui gerakan “Bangun Lagi, Bali.” (BP/kmb)

Namun, memasuki awal 2022, tren pertumbuhan ekonomi Bali kian positif dengan pertumbuhan mencapai 3,04% (yoy) pada triwulan II. Temuan Lembaga Demografi FEB Universitas Indonesia pada awal 2022 ikut menegaskan Kontribusi Ekosistem Gojek kepada PDRB Bali yang diperkirakan mencapai Rp 9,5 triliun. “Gojek menjadi bagian dalam upaya pemulihan ekonomi di Bali. Kami mendukung masyarakat Bali untuk dapat mengakselerasi pemulihan perekonomian melalui peningkatan produktivitas,” lanjut Taufiq.

Gojek disebutnya memiliki beragam kegiatan selama sebulan, yang dimulai pada 5 September. Kegiatan ini memberikan impact langsung bagi mitra dan merchant. “Ini merupakan katalis untuk meningkatkan aktivitas ekonomi, meningkatkan produktivitas sehingga secara tidak langsung ekosistem juga bergerak,” paparnya.

Kontribusi Positif

Belum lama, dalam keterangan virtualnya, Peneliti Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI), Dr. Alfindra Primaldhi mengatakan ekosistem Gojek kembali menunjukkan kontribusi positif pada perekonomian Bali di 2021. Solusi teknologi dan non-teknologi Gojek membantu mitra driver dan UMKM lebih tangguh dan lebih cepat pulih dari dampak pandemi lewat peningkatan pendapatan di 2021 dibanding 2020.

Baca juga:  Mestro Tabuh Lelambatan, I Wayan Djebeg Dirawat di ICU Ari Santi

Ketangguhan dan peningkatan pendapatan tersebut membuat kontribusi ekonomi ekosistem digital Gojek dan GoTo Financial (di luar Tokopedia) diperkirakan sekitar Rp9,5 triliun di 2021 atau setara dengan 4,2 persen PDRB Bali. Ini, artinya meski pandemi melanda, masih terjadi peningkatan pendapatan bagi mitra dan merchant yang bergabung di Gojek.

Mengutip data dari riset “Kontribusi Ekosistem Gojek dalam Mendukung Pemulihan Ekonomi Bali Selama Pandemi 2020-2021” tersebut, mitra dalam ekosistem Gojek mulai mengalami peningkatan pendapatan dibandingkan awal pandemi. “Hal ini menunjukkan ekosistem Gojek membantu percepatan proses pemulihan pada mitranya,” katanya ketika itu.

Kemampuan ekosistem Gojek mendukung mitra-mitranya selama pandemi juga membuat mereka optimis terhadap pemanfaatan platform online sebagai tempat mencari nafkah dan ingin terus bermitra dengan Gojek ke depannya.

Selain itu, ekosistem Gojek menjadi pilihan utama warga Bali. Indikatornya, mayoritas konsumen memanfaatkan layanan GoRide (85%) dan GoCar (90%), 95% konsumen selalu/lebih sering menggunakan layanan GoFood, dan 80% konsumen selalu/lebih sering memanfaatkan GoSend.

Mitra driver sedang berbelanja perlengkapan sembahyang umat Hindu di pasar tradisional untuk salah satu konsumen. Ekosistem Gojek menjadi pilihan utama warga Bali untuk memenuhi kebutuhan harian. (BP/Istimewa)

Tak cuma konsumen, mitra mendapatkan banyak manfaat dari platform online sebagai tempat mencari nafkah dengan dua pertiga mitra driver memprioritaskan fleksibilitas waktu dalam kemitraan dengan Gojek. Fleksibilitas ini memungkinkan mereka membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga serta bebas on-bid atau off-bid kapan pun.

“Mayoritas, yakni 9 dari 10 mitra driver GoRide menyatakan mereka tetap dapat memiliki pendapatan selama pandemi untuk menafkahi diri dan keluarga melalui kemitraan dengan Gojek. Mayoritas mitra GoRide dan GoCar juga menyatakan kemitraan dengan Gojek meningkatkan kualitas hidup mereka,” bebernya.

Selain itu, keandalan ekosistem dan solusi Gojek membantu UMKM dan pengusaha pemula terus tumbuh di tengah pandemi. Terbukti, pendapatan Mitra UMKM GoFood Bali rata-rata naik 51 persen di 2021 dibandingkan 2020.

Di samping itu, lanjutnya, satu dari lima mitra UMKM di Bali bergabung ke GoFood saat pandemi. Dua dari lima mitra UMKM adalah pengusaha pemula yang langsung go-digital. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN