Dr. Dewi Nur Aisyah. (BP/iah)

DENPASAR, BALIPOST.com – Liburan panjang yang berlangsung pada 28 Oktober hingga 1 November ternyata membuat prilaku masyarakat, terutama dalam menerapkan protokol kesehatan (prokes) relatif kendor. Kondisi ini terutama terjadi di sejumlah lokasi yang banyak dikunjungi untuk berwisata, seperti mall, restoran, dan tempat wisata. Demikian terungkap dalam Talkshow “Covid-19 Dalam Angka: Protokol Kesehatan di Tempat Wisata” yang dilihat di kanal resmi YouTube BNPB, Rabu (4/11).

Menurut Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Covid-19, Dr. Dewi Nur Aisyah, dengan keberadaan Aplikasi Monitoring Perubahan Perilaku, Satgas Penanganan COVID-19 bisa memantau sejauh mana kepatuhan masyarakat. Aplikasi yang sudah dioperasikan selama sebulan ini digunakan pula untuk melihat tingkat kepatuhan masyarakat terhadap prokes 3M saat menjalani libur panjang.

Dijelaskannya, dari sisi yang dipantau terdapat peningkatan hampir 100 persen dibandingkan periode yang sama seminggu sebelumnya. Ia mengatakan pemantauan dilakukan selama 5 hari, yakni 28 Oktober sampai 1 November dan membandingkannya dengan periode sama di minggu sebelumnya.

Baca juga:  Usut Kecurangan Pemilu 2024, TPN Ganjar-Mahfud Resmi Bentuk Tim Hukum

Selama 5 hari pemantauan, pihaknya menerima sebanyak 3.028.200 laporan. Jumlah yang dipantau 1.026.138 orang di 173.079 titik pantau. Untuk kabupaten/kota yang dipantau mencapai 407 yang berlokasi di 34 provinsi.

Dari hasil monitoring di lapangan yang dilaksanakan TNI, Polri, dan Duta Perubahan Perilaku, termasuk Satpol PP ini, ia memaparkan terdapat sekitar 92,02 persen kenaikan orang yang dipantau jika dibandingkan periode sama seminggu sebelumnya di lokasi pemantauan yang sama. Pada minggu lalu, jumlah orang yang dipantau mencapai 534.404 orang.

Selain ada peningkatan dari sisi orang yang dipantau, tingkat kepatuhan terhadap prokes ternyata mengalami penurunan. Ia mencotohkan pememakaian masker di tempat wisata dengan membandingkan periode libur panjang dan 2 periode sebelum libur panjang.

Baca juga:  Diduga, Ini Penyebab Puluhan Sapi Mati di Ulian

Hasilnya, tingkat kepatuhan memakai masker agak sedikit turun pada Rabu. “Di Kamis mengalami penurunan juga. Pada Sabtu yang agak tinggi penurunan kepatuhan menggunakan masker. Karena tadi kemungkinan banyak bertemu orang dan melihat contoh dari orang lain yang tidak menggunakan masker,” sebutnya.

Dari sisi penggunaan masker, ia mengatakan persentasenya sebenarnya sudah cukup tinggi, yakni di atas 80 persen. Saat adanya tren penurunan pun, jumlahnya masih mencapai angka 80an persen. “Pada saat libur panjang, ada sedikit tren penurunan dibandingkan sepekan dan dua pekan lalu,” ungkapnya.

Sedangkan perilaku menjaga jarak, dari sisi persentase lebih kecil angkanya dibandingkan penggunaan masker. Tingkat kepatuhannya mencapai 70an persen. “Tren jaga jarak juga menurun dibandingkan pekan sebelumnya. Lumayan tinggi, terutama di Kamis dan Sabtu. Kemungkinan besar karena orangnya banyak sehingga jaga jarak itu sulit,” sebut dr. Dewi.

Baca juga:  PAW Arya Wedakarna di DPD RI Ditetapkan, Dilantik Hari Ini

Untuk kemungkinan terjadinya peningkatan kasus COVID-19, ia mengatakan bahwa belajar dari pengalaman liburan panjang sebelumnya, tren baru bisa dilihat seminggu sampai 2 minggu setelah liburan. “Harus menunggu dulu, liburan ini aman atau ndak, harus lihat seminggu sampai 2 minggu ke depan. Kita mengambil contoh pada Agustus lalu, terdapat libur Kemerdekaan kemudian disusul lagi dengan libur panjang tanggal 22 dan 23 Agustus, kita baru melihat kenaikan kasus itu di pekan pertama September dan terus naik sampai pekan ketiga September baru agak turun. Jadi ada jeda waktu 10-14 hari setelah libur panjang,” paparnya. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *