
DENPASAR, BALIPOST.com – Bali sebagai destinasi pariwisata dunia yang perekonomian sangat bertumpu di sektor ini, akan mengalami kesulitan parah jika Perang Dunia (PD) III benar terjadi. Bahkan pelaku pariwisata memprediksi kondisi tersebut bisa lebih parah dibandingkan pandemi Covid-19 lalu.
Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Ketua Pengusaha Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, I Gusti Ngurah Suryawijaya saat diwawancarai, Selasa (24/6). Dia mengatakan, jika perang terjadi yang terdampak bukan hanya Indonesia atau Bali semata, namun pariwisata dunia.
Dampak yang terjadi tidak saja di ekonomi global, namun kepada keamanan dan kenyamanan. “Jika itu terjadi siapa yang mau traveling? Semua orang pasti akan menyelamatkan diri masing-masing,” katanya.
Kerugian atau dampak dari perang menurutnya akan lebih sulit disembuhkan daripada Pandemi Covid-19 lalu. Terlebih jika perang terus meluas atau eskalasi akan berdampak buruk bagi parwisata. Baik saat ataupun pascaperang kondisi akan sulit menurutnya, penyembuhan pasti akan lama dan berat.
Negara atau wilayah manapun yang bergantung dengan pariwisata, kata dia, pasti akan sulit jika terjadi perang. Hal tersebut akan memberikan penderitaan rakyat, kemiskinan serta kriminalitas juga meningkat. Pihaknya berharap dan berdoa agar perang tidak lagi terjadi dan meluas dari konflik atau ketegangan yang terjadi saat ini antara Israel dan Iran, Rusia dengan Ukraina serta India dengan Pakistan.
Disinggung soal okupansi di Bali saat ini, Suryawijaya mengatakan, bulan Juni yang memasuki libur sekolah serta musim libur tamu internasional membuat okupansi kamar hotel ada peningkatan. Demikian pula, Juli dikatakannya peningkatan sudah nampak terjadi. Diharapkannya kondisi tetap aman dan okupansi bisa tetap naik pada Agustus nanti. (Widiastuti/bisnisbali)